Pulau Halmahera Rawan Penyelundupan Satwa Liar
TERNATE, SATUHARAPAN.COM - Pulau Halmahera, Maluku Utara (Malut), merupakan daerah rawan penyelundupan satwa liar, menyusul terjadinya penangkapan atas penyelundupan satwa liar dalam sebulan terakhir.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Ternate Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku, Lilian Komaling, di Ternate, Jumat (5/8), mengatakan, daerah paling rawan di Halut, karena aparat kepolisian dan TNI-AD berhasil menggagalkan upaya penyelundupan berbagai satwa di kabupaten tersebut.
Untuk meminimalisasi itu, pihaknya mengambil langkah koordinasi rutin dengan instansi terkait yakni Polri dan TNI di daerah masing-masing, sebab hingga kini pihaknya masih terkendala dengan jumlah personel yang belum memadai.
"Seperti yang dilakukan Polairud dan Polres Ternate kemarin itu, juga merupakan kerja sama yang kita lakukan. Selain itu juga Patroli rutin, seperti mendapat penyerahan burung juga dari Armed, kemudian di Morotai juga diserahkan sebanyak 150 ekor burung, jadi, koordinasi menjadi senjata kami, karena, keterbatasan personel dan sarana prasarana," katanya.
Selain itu, pihaknya juga melakukan sosialisasi penyadaran tingkat masyarakat, dan segera melaporkan jika masyarakat mengetahui ada penyelundupan satwa dilindungi.
"Jadi, selama ini yang kami lakukan kampanye itu bisa mengantisipasi penyelundupan. Akan tetapi, untuk penyelundupan melalui laut itu, kami berkoordinasi dengan instasi terkait. Dari bantuan itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Kapolda, Danrem maupun jajarannya, serta pemerintah setempat serta masyarakat yang telah membantu kami," kata Lilian.
Ia mengungkapkan, sejak masa kepemimpinannya pada Mei hingga Juli 2016 sudah sebanyak 474 burung satwa liar yang hidup dari berbagai jenis berhasil diamankan dan dalam perawatan kejahatan dari BKP Kelas II Ternate.
Selain itu, dalam rangka melakukan kerja di tingkat kabupaten/kota, pihaknya sudah memiliki 4 kantor resor, yakni di Bacan Kabupaten Halsel, Tobelo Kabupaten Halut, Sidangoli Kabupaten Halmahera Barat (Halbar), dan Sanana, Kabupaten Kepulauan Sula (Kepsul).
"Tetapi, personel masih terbatas, karena setiap resor hanya sebanyak 3 orang, selain bantuan dari masyarakat. Tapi, kami juga mencoba untuk bekerja secara maksimal," katanya.
Kawasan yang menjadi fokus pengawasan atau perlindungan pihaknya meliputi enam kawasan konservasi, di antaranya, Cagar Alam Gunung Sibela di Halsel, Cagar Alam Buku Matola, Cagar Alam Toseho, Cagar Alam Taliabu, Cagar alam Obi, dan Cagar Alam Toborai. Enam cagar alam itu, tiga di Halsel dan tiga lainnya di Kepulauan Sula. (Ant)
Editor : Sotyati
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...