Puncak Upacara Kebo Ketan 2018 Siap Digelar
NGAWI, SATUHARAPAN.COM – Melanjutkan seni kejadian berdampak (happening art with impact) Upacara Kebo Ketan (UKK) tahun sebelumnya, LSM Kraton Ngiyom kembali menggelar UKK 2018 pada 23-24 November 2018. UKK 2018 akan digelar Desa Sekaralas, Kecamatan Widodaren-Ngawi.
Dalam rilisnya, Bram panggilan Bramantyo Prijosusilo sebagai penggagas Upacara Kebo Ketan menjelaskan bahwa selain untuk penyelamatan mata air dan lingkungan sekitar Desa Sekaralas, Upacara Kebo Ketan juga bercita-cita membantu kebangkitan seni budaya nasional sehingga menjadi arena “serbuk silang kreativitas”.
“Sejak UKK pertama pada tahun 2016 kami memberikan kesempatan berbagai seniman berbagi panggung. Tercatat sejak awal tokoh-tokoh sekaliber Virgiawan Listanto Iwan Fals, Sawung Jabo, Oppie Andaresta, main sepanggung dengan seniman yang lebih tak dikenal, misalnya seorang Abdul Rani, dari Singkawang, Kalimantan Barat. Hasil dari serbuk silang kreativitas tiga tahun lalu ini, mulai tampak sekarang. Pada tahun ini bersama komunitas Rusen di Singkawang, Abdul Rani sedang membuat serangkaian gelar seni kejadian berdampak di Singkawang yang bertujuan mengokohkan kohesi sosial untuk berdampak Sungai Singkawang bersih,” jelas Bram dalam keterangan persnya, Jumat (15/11).
Hari pertama UKK 2018, Jumat (23/11) akan dimeriahkan dengan pentas kethoprak dari kelompok Puspo Budoyo-Ngawi, membawakan lakon Setyowati Winisuda, atau Setyowati Ratu. Ada beberapa bintang tamu yang akan tampil, yakni Endah Laras, Bonita Adi, AB Setiadji, dan Kodok Ibnu Sukodok.
Puncak Upacara Kebo Ketan pada hari Sabtu tanggal 24 November 2018 akan dimulai di pagi hari di Rumah Tua Sekaralas pada pukul 08.00 WIB dengan selamatan dan diteruskan dengan pengguyangan Sang Kebo Ketan dan penghiasannya. Mulai pukul 16.00 di Rumah Tua akan dilaksanakan upacara-upacara sakralisasi oleh pemuka agama Kasogatan Hindu Jawa, Hindu Buddha Sriwijaya dan Sunda Wiwitan, dengan musik sakralisasi oleh Galih Naga Seno.
Selanjutnya, di Lapangan Desa Sekaralas, di sebuah arena berdiameter 40 meter, selepas asar, Reog Singa Muda Legawa Sekaralas akan memulai aktivasi panggung kolosal. Setelah hari mulai gelap, seniman cahaya Wismono Wardono dan Hengky Rivai memainkan seni tata cahaya menerangi area pentas. Penata Musik Denny Dumbo bersama dengan Gendhang Kapethak Kapethak Endy Barock Gendhang Kapethak, Arif Hendrasto, dan Wiwanto Purnawan, menampilkan musik pembukaan. Tari Gedrug dan Kusuma Bangsa dari Boyolali tampil mengundang penonton.
Pada saat bersamaan, Kebo Ketan diarak dari Rumah Tua Sekaralas menuju lapangan Desa Sekaralas untuk dilakukan prosesi penyembelihan.
Pada UKK 2018 mencoba menawarkan hal baru yaitu Riuh Seni Sakral Nusantara, sebuah eksperimen seni dan sosial, bagaimana berbagai kesenian tradisional berbasis ning-nong-ning-gung bisa menghadirkan harmoni dari suasana chaos, tanpa harus pernah berlatih bersama. Mereka akan saling bertemu pertama kalinya hanya beberapa jam sebelum pentas, dan diharapkan dapat menghadirkan suatu proses chaos-harmoni yang menarik, dengan diikat oleh penataan musik kreatif oleh Denny Dumbo.
Dalam Riuh Seni Sakral Nusantara akan melibatkan diantaranya Tumpyag Api karya Yantu Prabawa Manukaya dan Bali Agung Production, Sanggar Seni Alfarabi Bulukumba, Barong Abang Tanggulangin, Jathilan Lancur Among Budoyo Kleco Kulon Progo, Bantengan Batu Jawa Timur, Mahesa Nempuh Kraton Ngiyom, Jathilan Raung Budoyo Ambarawa, dan Gora Swara Nusantara Klaten.
Hal menarik lainnya dari UKK adalah tidak adanya rebutan makanan wajik-ketan merah-putih dan lainnya yang diarak. Panitia menyediakan makanan tersebut dalam jumlah yang cukup dari hasil panen mereka yang disisihkan selama hampir satu tahun sejak beberapa hari setelah UKK 2017 selesai. Sebagai sebuah rangkaian acara sepanjang tahun, akhir penyelenggaraan UKK tahun lalu menjadi langkah awal pada UKK tahun berikutnya. Sepanjang tahun LSM Kraton Ngiyom bersama masyarakat Sekaralas mempersiapkan segala hal berkaitan UKK 2018.
“Adegan rebutan itu tentulah kacau balau, sangat berbeda dengan nilai budaya masyarakat Jawa yang mengagungkan harmoni, kehalusan budi, sikap mengalah, santun, tidak mementingkan diri sendiri, andap asor, tata tenteram. Tapi meski demikian adegan itu diharuskan ada karena merupakan kelengkapan citra kosmos, di mana ada chaos dan harmoni, dan siklus chaos-harmoni-chaos-harmoni itu adalah salah satu persepsi atas kenyataan alam yang dikokohkan leluhur kita dalam seni upacara,” lebih lanjut Bram menjelaskan.
Untuk bisa menikmati wajik-ketan merah-putih, Anda tidak perlu saling sikut dan berebut untuk memperolehnya. Datanglah pada UKK 2018 di Desa Sekaralas Kecamatan Widodaren-Ngawi pada 23-24 November sambil menikmati panganan tersebut, Anda masih bisa melihat chaos-nya pertunjukan kolosal dari semaian ‘serbuk silang kreativitas’ seniman Nusantara.
Dan jangan lupa untuk bersama-sama mendoa agar Indonesia bahagia.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...