Pupuk Karakter Lewat Festival Paduan Suara Penabur II
SATUHARAPAN.COM – Musik mempengaruhi kehidupan manusia, secara fisik ataupun psikis. Musik juga dapat meningkatkan kecerdasan karena rangsangan ritmis mampu meningkatkan fungsi kerja otak.
Suatu hasil penelitian bahkan mengungkapkan ada korelasi antara rangsangan musik dengan kemampuan matematika, logika, bahasa, dan emosi anak. Karena itu, pelajaran musik di sebuah pendidikan formal tidak kalah penting dengan mata pelajaran lainnya.
Untaian kalimat di atas merupakan pembuka yang disampaikan Ketua BPK Penabur Jakarta Adri Lazuardi dalam kaitan penyelenggaraan Festival Paduan Suara Penabur II (Fespas Penabur II), yang dijadwalkan dilaksanakan 2 – 5 September 2015. Lembaga yang mengelola pendidikan formal mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas itu, mengajak lembaga pendidikan formal, sanggar seni, dan masyarakat Indonesia untuk bersama-sama mengembangkan musik melalui festival paduan suara yang kedua.
Mengusung tema “Berpadu Suara Bersatu Hati, Membangun Karakter Anak Negeri”, festival paduan suara ini, seperti dikemukakan Penanggung Jawab Fespas II, Elika Dwi Murwani, digelar untuk tujuan menyediakan ajang bagi paduan suara peserta didik dan umum untuk berkreasi dalam mengembangkan kemampuan di bidang paduan suara. Kegiatan ini juga ditujukan untuk memupuk karakter disiplin, hasrat berprestasi, toleransi, kepedulian, serta sportivitas. “Penekanannya ada pada pencapaian cita-cita bersama,” kata Elika, dalam pembicaraan awal Februari ini.
“Melalui paduan suara anak didik tidak hanya dibekali untuk menguasai seni musik dan teknik menyanyi, namun juga berlatih disiplin, tekun, bekerja sama, toleransi, saling peduli, dan menghargai orang lain,” kata Ketua Pelaksana Seminari Darmanto dalam perbincangan belum lama ini.
Tujuan lain yang tak kalah penting dalam penyelenggaraan Fespas Penabur ini adalah menumbuhkembangkan kecintaan terhadap seni budaya Indonesia. Peserta festival akan mengenal lagu-lagu dolanan dari berbagai daerah, selain lagu anak-anak yang belakangan ini kalah populer dengan gegap-gempita lagu-lagu dewasa yang dikembangkan industri musik.
Pada penyelenggaraan festival kedua ini, panitia membuka kesempatan paduan suara dari luar negeri untuk ikut serta. Dengan demikian, seperti dikemukakan Seminari Darmanto, paduan suara Indonesia dapat menambah pengalaman dan belajar dari penampilan paduan suara mancanegara.
Tambah Kategori Musica Sacra
Kesuksesan penyelenggaraan Fespas I Penabur pada 11 – 14 September 2013, yang diikuti 69 peserta dari sembilan provinsi, mendorong BPK Penabur Jakarta menambah kategori lomba. Elika Dwi Murwani menyampaikan selain Kategori Kindergarten Choir (Paduan Suara TK), Primary School Choir (Paduan Suara SD), Junior High School (Paduan Suara SMP), Senior High School Choir (Paduan Suara SLTA), Mixed Youth Choir (Paduan Suara Universitas dan Umum), Folklore (Paduan Suara Lagu Daerah), panitia menambahkan Kategori Musica Sacra, Paduan Suara Lagu Rohani.
Paduan suara dengan batasan jenjang sekolah hanya dapat mengikuti satu kategori pilihan sesuai jenjang pendidikan, namun dapat mengikuti dua kategori tambahan pada kategori Folklore dan Musica Sacra.
Program terdiri atas dua lagu pilihan bebas, dengan minimal satu lagu dibawakan secara a cappella, tanpa iringan musik. Peserta diperbolehkan menampilkannya dengan gerakan, namun tidak wajib.
Penyelenggara menyediakan hadiah bagi peraih medali emas dengan nilai tertinggi masing-masing kategori berupa dana pembinaan berkisar Rp 5 juta, Rp 4 juta, Rp 3 juta, sertifikat, dan trofi. Sementara Grand Prix Winner, pemenang Grand Prix Competition, akan mendapatkan sertifikat, trofi, serta dana pembinaan Rp 25 juta.
Panitia masih menyediakan Special Award, lima penghargaan khusus untuk konduktor atau paduan suara yang menunjukkan kualitas artistik yang menonjol. Selain hadiah yang sama, pemenang memperoleh dana pembinaan Rp 2 juta.
Peserta akan dinilai lima juri yang memiliki kualifikasi nasional dan internasional, yang dikenal ahli di bidang paduan suara. Pada penyelenggaraan sebelumnya, bertindak sebagai juri Catharina Leimena dan Daud Kosasih (Indonesia), Andre de Quadros (Amerika Serikat), Anna Abeleda Tabita Piquero (Filipina), dan Monica Hwang Hwa Sook (Korea).
Kompetisi ini menggunakan sistem penilaian berdasarkan kriteria evaluasi teknis yang meliputi intonasi dan kesesuaian dengan partitur, serta evaluasi artistik yang meliputi kualitas suara dan artistik keseluruhan.
Editor : Sotyati
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...