Pura-pura Miskin buat Sekolah
SATUHARAPAN.COM Pendaftaran sekolah sudah dibuka, para orangtua mulai mencari sekolah yang bagus untuk anaknya, membandingkan satu sekolah dengan sekolah lain demi pendidikan terbaik untuk anak. Seorang teman menghubungi saya untuk menanyakan informasi tentang sekolah anak saya. Dia mau membandingkan dengan sekolah anaknya sekarang. Ujung-ujungnya dia bercerita sedang mengusahakan diskon masuk sekolah anaknya.
Uang masuk sekolah bisa didiskon? tanya saya heran. Akhirnya dia cerita bahwa dia dan beberapa temannya sedang mencari diskon. Sebelumnya sudah berhasil, dengan melampirkan surat keterangan tidak mampu atau slip gaji yang nominalnya kecil, slip gaji tinggal minta dari kantor, orang kantor sudah biasa, malah ada yang bikin sendiri. Tentu saja, ketika datang menghadap pengurus sekolah mereka harus mengenakan dandanan yang sesuai supaya terkesan tidak mampu. Apa tidak malu? tanya saya. Mengapa harus malu? katanya, saya melakukan yang terbaik buat keluarga saya.
Dia juga menyebutkan beberapa temannya melakukan hal yang sama, meski cukup mampu, bisa jalan-jalan ke luar negeri, mempunyai mobil, dan dalam gadget-nya tertulis ayat-ayat Alkitab.
Prinsip ekonomi menyatakan: dengan usaha minimal, mendapatkan hasil semaksimal mungkin. Dan pihak sekolah bisa saja berbaik hati kepada orang-orang tidak mampu dengan menolong meringankan beban mereka. Tetapi, tak perlulah kita memanfaatkan kebaikan sekolah itu. Bukankah dengan mengambil jatah tersebut, kita telah menghilangkan kesempatan bagi orang yang benar-benar perlu ditolong?
Nah, daripada energi kita terbuang untuk menyiasati diskon sekolah, mengapa tidak dipakai saja untuk menyiasati hidup dan penghasilan? Lagi pula, apa komentar anak-anak, jika tahu buat sekolah mereka orangtuanya bersikap pura-pura miskin?
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Rusia Tembakkan Rudal Balistik Antarbenua, Menyerang Ukraina
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Rusia meluncurkan rudal balistik antarbenua saat menyerang Ukraina pada hari K...