Pustaka Bentara Membabar “Peta Kesadaran” Hawkins
GIANYAR, SATUHARAPAN.COM - Program Pustaka Bentara di Bentara Budaya Bali (BBB) membincangkan secara mendalam sebuah buku bertajuk “Power vs Force” (1995), karya David R. Hawkins, yang berlangsung Sabtu (8/9). Buku ini menjabarkan pemahaman atas pengalaman Hawkins yang melakukan penelitian selama sekitar 29 tahun mengenai apa yang disebut sebagai “Peta Kesadaran” (Map of Consciousness).
Sebagai pembahas yakni Aswar Saputra, pebisnis yang juga pendiri komunitas Pure Consciousness Indonesia (PCI). Ia merupakan mentor “Map of Consciousness” dan telah menulis dua buah buku seputar “Emotional Freedom Technique” bersama Prof. Sugeng Juwono Mardihusodo.
Secara lugas Aswar memaparkan perihal seperti apa “Peta Kesadaran” yang dimaksud Hawkins tersebut, berikut aneka tingkatan dan domainnya. Ia juga berbagi pengalamannya dan pengetahuannya selama ini dalam upaya memahami “Peta Kesadaran” dimaksud guna menjadikannya sebagai “peta jalan” menuju kesadaran yang lebih berkualitas dan bahkan pencerahan.
Aswar terbilang sebagai pengusaha muda yang sukses setelah menjalani berbagai pengalaman kegagalan dan aral rintang kehidupan. Ia menekuni kebijakan hidup yang bersifat lintas agama.
Ia mengungkapkan pula bahwa dengan menguasai dan mengaplikasikan “Peta Kesadaran” tersebut niscaya dapat meningkatkan kualitas kehidupan seseorang dalam berbagai bidang, serta membawa manusia memahami tentang “dimensi realitas”.
Buku “Power vs Force” telah diterjemahkan ke dalam lebih 26 bahasa, termasuk Bahasa Indonesia. Buku tesebut juga memeroleh tanggapan publik yang luas dan dianggap sebagai fajar baru bagi studi mengenai upaya pencapaian kesadaran (consciousness) manusia.
Melalui buku fenomenal tersebut, Prof. David R. Hawkin berupaya memberikan jawaban perihal pertanyaan-pertanyaan esensial yang mengemuka selama ini; “apa itu Kebenaran” serta “adakah patokan atau tolak ukur yang sama untuk Kebenaran?”
David R. Hawkins adalah seorang seorang psikiater yang kemudian dikenal luas sebagai periset kesadaran (consciousness researcher) dan pengajar spiritual, bahkan mistikus terkemuka. Ia boleh dikata memiliki latar belakang yang unik. Dia adalah seorang dokter ahli jiwa, namun kemudian masuk lebih jauh ke dalam urusan kejiwaan dengan menginvestigasi isu-isu mengenai spiritualitas.
Dedikasinya yang mendalam dalam melakukan kajian yang intens perihal kesadaran tersebut memeroleh berbagai apresiasi dan penghargaan bergengsi tingkat tinggi di bidang kemanusiaan, selain riset sains. Tak kurang dari Bunda Teresa dan Ramana Mahareshi mengapresiasi karya Hawkins.
Bekerja sama dengan para pakar dunia dari lintas keilmuan (salah-satunya dengan penerima Nobel, ahli kimia Linus Pauling), Hawkins telah membuat terobosan besar dalam kajian tentang kesadaran dan spiritualitas yang dilakukan secara ilmiah, bisa diukur (kuantitatif), serta bersifat non-dogmatis. Sebelumnya, kajian-kajian tentang kesadaran dan spiritualitas bergulat lebih banyak pada hal-hal yang abstrak, tak terukur atau kualitatif.
Hawkins mengungkapkan, kesadaran yang meningkat atau lebih tinggi (higher consciousness) memancarkan (meradiasikan) manfaat dan efek penyembuhan, yang bisa diverifikasi melalui respon otot manusia (kinesiologi). (PR)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...