Putin: ISIS Rencanakan Serang Mekkah dan Yerusalem
DUSHANBE, SATUHARAPAN.COM – Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah merencanakan serangan terhadap beberapa kota-kota suci seperti Mekkah, Madinah dan Yerusalem dengan tujuan untuk membahayakan orang Rusia dan Eropa, kata Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dia menambahkan Moskow sangat khawatir jika pasukan terlatih ISIS akan kembali ke negara Uni Eropa, Negara Komunitas Independen Serikat (CIS) dan Rusia.
Situasi ini sangat serius, kata Putin, menambahkan bahwa Moskow sangat khawatir jika teroris ISIS mengumumkan rencana mereka di Mekkah, Madinah dan Yerusalem. Jihadis juga berencana untuk menyebarkan paham mereka ke wilayah Eropa, Rusia, Asia Tengah dan Tenggara.
“Ekstremis dari banyak negara di dunia, termasuk, sayangnya, negara di Eropa, Rusia dan CIS telah melakukan pelatihan ideologis dan militer di jajaran militer ISIS,” kata Putin saat berbicara di Konferensi Tingkat Tinggi Collective Security Treaty Organization (CSTO) di ibu kota Tajikistan, Dushanbe, hari Selasa (15/9).
“Kami khawatir mereka mungkin bisa kembali,” kata dia.
Putin berpendapat untuk memerangi dan menyingkirkan ISIS perlu mengesampingkan aspek geopolitik.
“Sederhana saja, tanggung jawab untuk keselamatan global dan regional memerlukan dukungan dari masyarakat internasional untuk melawan ancaman tersebut. Hal ini diperlukan untuk mengesampingkan geopolitik, menghilangkan standar ganda, kebijakan yang langsung maupun tidak langsung yang menggunakan teroris untuk mencapai kepentingan pribadi, termasuk menghapus pemerintah dan rezim.”
Rusia mendukung pemerintah Suriah dalam memerangi terorisme dan akan terus mendukung, kata Putin.
“Kami memberikan dukungan secara teknis yaitu militer ke Damaskus dan akan terus melakukannya,” kata dia. “Dan kami menyerukan negara-negara lain untuk bergabung dengan kami dalam hal ini.”
Putin menekankan kedua pemerintah Bashar Assad dan pasukan oposisi harus bersatu melakukan perlawanan terhadap jihadis.
"Sekarang kita harus menyatukan upaya pemerintah Suriah dan pasukan Kurdi yang disebut oposisi moderat, dan negara-negara lain di daerah Timur Tengah untuk melawan ancaman terhadap kenegaraan Suriah dan terorisme."
Rusia menyerukan agar pasukan pemerintah menyatukan kekuatan untuk memerangi terorisme, kata Putin.
“Seperti yang Anda tahu, Rusia telah mengusulkan untuk membentuk koalisi yang besar untuk melawan ekstremis tanpa ditunda lagi. Koalisi ini harus menyatukan semua pihak yang sudah siap dan telah memberikan kontribusi untuk menghadapi terorisme.”
Kegiatan kelompok ISIS telah melampaui wilayah Suriah dan Irak. Putin juga menyebutkan pengaruh militan juga menyebar di negara yang dilanda perang di wilayah lain seperti Afghanistan.
“Sayangnya situasi di negara itu menurun setelah pasukan asing ditarik,” kata Putin dan menambahkan adanya ancaman nyata bahwa kelompok-kelompok teror dari negara-negara tetangga dapat menyusup ke wilayah tersebut.
Putin menolak tuduhan bahwa masuknya pengungsi dari Suriah ke Eropa itu diduga ada unsur politik yaitu mendukung pemerintahan sah Suriah.
"Orang-orang yang melarikan diri dari Suriah, pertama-tama, karena tindakan militer yang merupakan kekejaman teroris. Kita tahu mereka melakukan kebrutalan di sana, dan menghancurkan warisan budaya.”
"Jika Rusia tidak pernah mendukung Suriah, situasi di negara itu akan lebih buruk daripada di Libya dan aliran pengungsi akan lebih besar," kata Putin.
Dia menambahkan bahwa bukan Rusia yang membuat kondisi di negara-negara seperti Libya, Irak, Yaman, Afghanistan dan wilayah lain di dunia menjadi tidak stabil.
"Bukan kami yang membuat lembaga pemerintaha hancur sehingga ada kekosongan kekuasaan yang kemudian dengan cepat diambil alih oleh teroris," kata dia.
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...