Raksasa Kelapa Sawit IOI Menghapuskan Deforestasi dari Rantai Pasokan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Grup IOI, salah satu pedagang kelapa sawit terbesar dunia, telah membuat komitmen penting untuk mengatasi deforestasi dan eksploitasi di seluruh rantai pasoknya. Greenpeace kini menghentikan sementara kampanye aktifnya untuk memberi waktu bagi IOI dalam menunjukkan keseriusannya untuk berubah.
Pengumuman ini terjadi setelah satu tahun keanggotaan perusahaan Malaysia ini, ditangguhkan oleh Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), yang merupakan asosiasi yang terdiri dari berbagai organisasi dari berbagai sektor industri kelapa sawit, karena membuka gambut di Kalimantan, Indonesia.
Sebagai hasilnya, puluhan perusahaan termasuk Unilever, Mars dan Nestle telah membatalkan kontraknya dengan IOI.
Jika dilaksanakan dengan benar, komitmen IOI ini akan menjadi langkah signifikan dalam menghapuskan deforestasi dan eksploitasi di industri sawit. IOI juga telah setuju untuk melakukan verifikasi secara independen oleh pihak ketiga terkait kemajuan pelaksanaannya dalam waktu satu tahun.
Kiki Taufik, Kepala Kampanye Global Hutan Indonesia mengatakan, “IOI telah menempuh perjalanan panjang selama 12 bulan terakhir ini, dan sekarang mulai mengambil langkah berarti untuk melenyapkan perusakan hutan dan pelanggaran hak asasi manusia di rantai pasoknya, demikian rilis yang dilansir situs greenpeace.org. pada Jumat (28/4).
Masih banyak kerja yang harus dilakukan untuk membersihkan industri sawit. Greenpeace akan memantau secara dekat untuk memastikan IOI melakukannya dan kami menunggu tanggapan dari para pedagang sawit lainnya terkait rencana aksi mereka sendiri.”
Sejak Januari, IOI telah memulai secara proaktif memantau pemasok minyak sawitnya untuk memastikan mereka tidak menghancurkan hutan hujan dan gambut.
IOI juga, telah menyetujui untuk bekerja bersama dengan organisasi-organisasi masyarakat sipil untuk mendapatkan jalan keluar atas konflik sosial antara masyarakat Long Teran Kanan dengan perusahaan kongsinya IOI-Pelita di Sarawak, Malaysia.
Perusahaan juga, berkomitmen untuk mengubah praktik bisnisnya untuk menghormati hak-hak pekerja perkebunan dan telah menugaskan konsultan untuk melakukan verifikasi terhadap kemajuan dalam masalah perburuhan.
“Langkah IOI ini menunjukkan bahwa industri sawit mulai berubah dan konsumen tidak ingin produk-produk yang dibeli dan dipakainya terkait dengan sawit yang merusak.
Pemerintah sudah seharusnya mendukung inisiatif perusahaan dan industri yang ingin berubah untuk melindungi hutan dan gambut yang tersisa. Dan menindak tegas perusahaan yang masih melakukan praktik deforestasi dan tidak ingin menunjukkan niat untuk berubah,” kata Kiki
Greenpeace menyarankan, perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk memulai berdagang kembali dengan IOI, untuk secara khusus meminta dalam kontraknya bahwa IOI harus menunjukkan kemajuannya saat ini sesuai dengan Kebijakan Kelapa Sawit Berkelanjutan dan komitmen tambahan yang telah diumumkan.
Minyak sawit, merupakan minyak sayur yang paling banyak digunakan di dunia, tetapi industrinya dikenal dengan reputasi buruk terkait penghancuran hutan hujan dan pelanggaran hak asasi.
Para pedagang besar minyak sawit telah memiliki kebijakan “Nol Deforestasi”, tetapi upaya mereka masih jauh dari cukup untuk memastikan para pemasoknya memenuhi standar ini.
Sebagai hasilnya, banyak produk konsumsi rumah tangga terkenal yang masih dipasok dari perusahaan sawit yang menghancurkan hutan hujan atau mengeksploitasi pekerja serta masyarakat setempat.
“Konsumen sudah jemu dengan industri sawit yang gagal menepati janjinya. Perusahaan-perusahaan tersebut tidak bisa terus menerus mengabaikan penghancuran hutan dan pelanggaran hak asasi manusia. Satu-satunya cara untuk membersihkan industri ini adalah para pedagang sawit lainnya mengikuti kepemimpinan IOI dan mulai memutus para pemasok yang masih menghancurkan hutan hujan dan melecehkan para pekerja,” kata Kiki.
Selama sepuluh tahun terakhir ini, puluhan organisasi masyarakat sipil telah mendorong IOI untuk berubah.
Satu pengaduan dari LSM AidEnvironment, menyebabkan perusahaan ditangguhkan keanggotaannya dari RSPO pada April 2016. Ratusan ribu pendukung Greenpeace mengambil bagian dalam kampanye ini, termasuk memblokade kilang minyak sawit IOI di Rotterdam dan protes di kantor pusat IOI di Kuala Lumpur, Malaysia.
Greenpeace mendesak para pedagang kelapa sawit lainnya seperti Wilmar International dan Golden Agri Resources, mempublikasikan rencana serupa untuk mengidentifikasi para pemasok yang menghancurkan hutan, mengeringkan gambut dan mengeksploitasi pekerja dan mengeluarkan pemasok yang tidak mau berubah.
Editor : Eben E. Siadari
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...