Ratusan Masjid di Inggris Gelar Open House
BIRMINGHAM, SATUHARAPAN.COM – Ratusan masjid di seluruh Inggris menggelar acara Open House untuk warga Inggris. Acara ini merupakan bagian dari inisiatif mereka melawan kesalahpahaman tentang umat Muslim.
Lebih dari 150 masjid mengambil bagian dalam acara “Visit My Mosque” pada hari Minggu (5/2) sore. Acara ini pun disambut baik oleh warga yang datang ke masjid karena rasa penasaran mereka.
Acara yang diselenggarakan oleh Dewan Muslim Inggris (MCB) berjanji untuk menjawab pertanyaan dari pengunjung yang datang dari berbagai agama. MCB menyambut baik kedatangan mereka dan tidak ada subjek pertanyaan yang dianggap terlarang.
Di masjid Paigham-e-Islam di Birmingham, kota kedua terbesar di Inggris, percakapannya terfokus pada hukum Islam, yang dikenal sebagai pandangan Syariah, pandangan Muslim soal Yesus dan apa yang telah dilakukan oleh masjid untuk melawan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Teh dan kue-kue bercita rasa Asia Selatan pun dihidangkan untuk para pengunjung yang hadir. Selain itu penyelenggara juga menawarkan tur keliling masjid dan penjelasan dari ritual doa dalam Islam.
Jeremy Corbyn, pemimpin Partai Buruh, juga mengambil bagian dalam acara tersebut dengan mengunjungi masjid setempat di Finsbury Park, London utara.
“Minum teh bersama-sama jauh lebih efektif daripada menumpuk beton untuk membangun dinding,” kata dia.
Adrees Sharif, anggota masjid dan MCB mengatakan inisiatif yang bertujuan untuk memperkuat ikatan antara Muslim dan masyarakat setempat.
“Kami ingin menciptakan dialog bukan debat. Ketika Anda sedang berdebat, Anda bertujuan untuk memenangkan argumen, tetapi ketika Anda terlibat dalam dialog, Anda berbagi tentang keyakinan Anda,” kata dia.
Jumlah masjid yang turut serta dalam acara tahun ini hampir dua kali lipat dari tahun 2016 yang berjumlah 82 masjid.
Sharif menilai kenaikan jumlah masjid yang ikut ambil bagian dalam acara ini disebabkan karena meningkatnya sentimen dari sayap kanan.
“Masjid memahami pentingnya keterlibatan dan bersedia untuk mengambil bagian, bukan hanya karena (Presiden AS) Donald Trump tetapi reaksi setelah Brexit juga,” kata Sharif merujuk pada keputusan Inggris pada bulan Juni untuk lepas dari Uni Eropa.
Trump menepati janji kampanyenya dengan melarang semua umat Muslim untuk memasuki AS dengan cara melarang imigran dari tujuh negara mayoritas Muslim masuk ke AS.
Seorang hakim federal bahkan tidak mengabulkan permintaan Trump.
Di Inggris, serangan terhadap Muslim meningkat, selain serangan Xenophobia lainnya setelah Brexit.
Geoff Gallagher, seorang warga yang menghadiri acara tersebut di Birmingham, mengatakan dia memiliki pengalaman yang sangat baik dan merekomendasikan latihan pembangunan komunitas lebih sering untuk membantu menghilangkan stereotip negatif tentang Muslim.
“Ini harus diiklankan di seluruh negeri untuk memastikan bahwa semua orang mengerti bahwa umat Islam bukan kelompok agama yang mengajarkan kekerasan dan merupakan bagian dari masyarakat luas,” kata dia.
Umat Muslim hanya lima persen dari populasi Inggris atau hanya di bawah tiga juta orang, dengan jumlah yang signifikan terkonsentrasi di pusat-pusat kota, seperti London, Birmingham, Manchester dan Bradford.
Setengah dari Muslim Inggris kebanyakan lahir di Inggris. (aljazeera)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...