Ratusan Migran Terjebak dalam Cuaca Dingin di Bosnia
BOSNIA, SATUHARAPAN.COM-Ratusan migran pada Sabtu (22/12) terdampar di kamp tenda yang kumuh dan terbakar di Bosnia ketika salju tebal turun di negara itu dan suhu musim dingin tiba-tiba turun.
Para migran di kamp Lipa di barat laut Bosnia membungkus diri dengan selimut dan kantong tidur untuk melindungi diri dari angin kencang di wilayah yang berbatasan dengan Kroasia, negara anggota Uni Eropa.
Kebakaran tenda pada awal pekan ini menghancurkan banyak kamp di dekat kota Bihac yang telah dikritik keras oleh para pejabat internasional dan kelompok bantuan, karena tidak memadai untuk menampung pengungsi dan migran.
Meskipun terjadi kebakaran, otoritas Bosnia telah gagal menyediakan akomodasi baru untuk para migran di Lipa, menyebabkan sekitar 1.000 orang terjebak dalam cuaca dingin, tanpa fasilitas atau pemanas, hanya makan sedikit parsel makanan yang disediakan oleh kelompok bantuan.
“Salju telah turun, suhu di bawah nol, tidak ada pemanas, tidak ada apa-apa,” kata kepala misi Organisasi Internasional untuk Migrasi di Bosnia, Peter Van Der Auweraert, dalam pesan tweet. “Ini bukanlah cara hidup seseorang. Kami membutuhkan keberanian dan tindakan politik sekarang."
Bosnia telah menjadi hambatan bagi ribuan migran yang berharap bisa mencapai Eropa Barat. Sebagian besar terjebak di wilayah Krajina barat laut Bosnia karena daerah lain di negara yang terbagi secara etnis menolak untuk menerimanya.
Uni Eropa memperingatkan Bosnia bahwa ribuan migran menghadapi musim dingin yang membekukan tanpa perlindungan, dan Uni Eropa telah mendesak para politisi yang bertengkar di negara itu untuk mengesampingkan perbedaan mereka dan mengambil tindakan.
Pada hari Sabtu, para migran berkerumun di kamp untuk menerima air dan makanan yang disediakan oleh Palang Merah Bosnia saat polisi berusaha menjaga ketertiban. Beberapa migran memakai pelindung wajah untuk melindungi mereka dari virus corona.
“Kami hidup seperti binatang. Bahkan hewan pun hidup lebih baik dari kami! " kata seorang pria dari Pakistan yang mengidentifikasi dirinya hanya dengan nama depannya, Kasim. "Jika mereka tidak membantu kami, kami akan mati, jadi tolong bantu kami."
Rencana relokasi sementara para migran ke fasilitas tertutup di pusat Bihac telah memicu protes warga.
Tanpa solusi, para migran meletakkan carboard di lantai dan memasang penghalang untuk privasi di dalam satu-satunya tenda yang berdiri di kamp Lipa. Beberapa orang menahan kaki mereka yang basah di atas api kecil yang dinyalakan para migran di luar untuk menghangatkan. Sementara itu, yang lain membungkus diri dengan selimut untuk kehangatan. Banyak migran mengenakan sepatu kets meskipun salju turun.
Untuk sampai ke Kroasia, para migran sering menggunakan rute ilegal melewati daerah pegunungan di sepanjang perbatasan. Banyak yang mengeluh adanya kekerasan dan desakan oleh polisi Kroasia. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...