Ratusan Ribu Warga Beirut Kehilangan Rumah Akibat Ledakan
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Selain ribuan orang terluka dan lebih dari 130 orang tewas setelah ledakan besar pada hari Selasa (4/8) di Pelabuhan Beirut, Lebanon, ratusan ribu orang lainnya tidak memiliki rumah, ketika banyak yang sudah berjuang dalam kesulitan untuk membayar sewa.
Banyak penduduk di daerah yang terkena dampak paling parah di dekat pelabuhan terlihat berkeliaran di jalan-jalan yang dipenuhi kaca sambil membawa koper, beberapa membawa hewan peliharaan mereka.
Gubernur Beirut, Marwan Abboud, hari Rabu (5/8) mengatakan sebanyak 300.000 orang telah kehilangan rumah mereka akibat ledakan itu. Menanggapi gelombang pengungsian, ratusan orang Lebanon lainnya menawarkan kamar cadangan, rumah musim panas yang kosong, dan bahkan kamar hotel gratis.
Banyak dari transaksi tersebut diselesaikan secara informal di antara teman-teman, tetapi beberapa simpatisan telah mulai membuat platform di media sosial bagi orang-orang untuk menawarkan dan meminta tempat tinggal, menurut laporan Al Arabiya.
Pejabat Saling Menyalahkan
Buntur ledakan di pelabuhan Beirut, pejabat Lebanon terlibat saling menyalahkan, bahkan sebelum para korban tewas dimakamkan. Meskipun belum ada hasil penyelidikan resmi yang dirilis atau ditentukan, pejabat tinggi Lebanon mengakui bahwa ada 2.700 ton amonium nitrat yang disimpan di Pelabuhan Beirut.
Ledakan tersebut, yang mengguncang Lebanon dan dirasakan hingga Siprus, telah digambarkan sebagai salah satu ledakan terkuat dalam sejarah. Presiden Lebanon, perdana menteri, menteri dalam negeri dan pejabat tinggi keamanan lainnya mengatakan bahwa ribuan ton bahan kimia yang disimpan di Pelabuhan Beirut telah ada sejak tahun 2014.
Menteri Dalam Negeri, Mohammed Fahmi, merujuk pertanyaan kepada Kepala Bea Cukai, Badri Daher, dengan referensi yang jelas bahwa ia harus disalahkan.
Meskipun penyebabnya belum jelas tentang kemungkinan tindakan sabotase, warga Lebanon diliputi rasa frustrasi pada pemerintah dan elite politik. “Mereka mencoba membunuh kami berkali-kali. Pertama, mereka meracuni makanan dan air kita dengan sampah di jalanan dan polusi di udara. Kemudian mereka mencoba untuk melakukan perang yang kita tidak ingin menjadi bagian darinya. Dan akhirnya, mereka menyimpan bahan peledak dalam jumlah yang tak terbayangkan di area tempat kami semua bekerja dan berkumpul untuk memusnahkan kami,” kata seorang penduduk lokal berusia 25 tahun yang bekerja di Pusat Kota Beirut kepada Al Arabiya.
Sebelumnya, Daher mengatakan kepada LBCI bahwa dia tidak pernah diberikan izin untuk mengekspor kembali amonium nitrat tersebut.
Namun demikian, Mendagri Lebanon menyatakan keberatannya kepada tim internasional yang bergabung dengan penyelidikan lokal atas ledakan Beirut, menurut media lokal, dan menambahkan bahwa "penyelidikan penuh dan transparan akan memakan waktu lima hari."
"Penyelidikan ledakan pelabuhan akan dilakukan secara transparan, memakan waktu lima hari, dan setiap pejabat yang terlibat akan dimintai pertanggungjawaban," kata Mendagri, Mohammed Fehmi, seperti dikutip oleh saluran berita stasiun televisi negara LBC. (Al Arabiya, AFP/Reuters/AP)
Editor : Sabar Subekti
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...