Ratusan Ribu Warga dan Pelajar Australia Protes Perubahan Iklim
AUSTRALIA, SATUHARAPAN.COM – Sekitar 300.000 warga Australia, termasuk para pelajar, turun ke jalan berpartisipasi dalam unjuk rasa perubahan iklim yang berlangsung di berbagai kota. Aksi ini disebut-sebut sebagai salah satu yang terbesar dalam sejarah Australia.
Aksi global, yang dipelopori aktivis iklim remaja asal Swedia, Greta Thunberg, ini berlangsung tiga hari sebelum Pertemuan Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York.
Jutaan orang diperkirakan hadir dalam aksi global yang berlangsung di 150 negara.
Di Australia, pengunjuk rasa memadati delapan kota besar dan 104 pusat keramaian lainnya.
Para pengunjuk rasa di Australia mendesak Pemerintah Australia untuk berkomitmen dalam sejumlah hal berikut ini:
- Stop proyek batubara, minyak, atau gas baru
- Seratus persen pembangkit dan ekspor energi terbarukan di tahun 2030
- Mendanai “transisi dan penciptaan lapangan kerja yang adil untuk seluruh pekerja dan komunitas industri bahan bakar fosil
Pada saat unjuk rasa di Australia dimulai, Greta sempat menunjukkan dukungannya lewat postingan Twitter.
“Foto yang luar biasa dari aksi di Australia untuk #climatestrike (unjuk rasa iklim). Ini adalah massa dalam jumlah besar di Sydney. Australia menentukan standarnya! Ini sudah larut malam di New York...jadi tolong bagikan sebanyak mungkin foto di saat berbagai unjuk rasa berlangsung di Asia hingga Eropa dan Afrika!”
Pebisnis Australia Berpartisipasi
Aksi ini begitu kontroversial di Australia. Beberapa guru dituding bias dan membawa politik ke dalam kelas. Pemerintah Australia mengaitkan unjuk rasa ini dengan hasil ujian yang menurun.
Lebih dari 2500 pebisnis Australia berpartisipasi. Mereka menutup kantor mereka hari itu atau membolehkan karyawan mereka untuk izin kerja.
Para pengusaha ini bergabung dengan “Bukan Bisnis Seperti Biasa”, sebuah aliansi yang mengatakan mereka adalah “Sekelompok pengusaha Australia dan global yang berjanji untuk mendukung partisipasi pekerja dalam unjuk rasa iklim”.
Jumlah pasti pengunjuk rasa di Australia belum pasti namun penghitungan yang lebih konservatif mengatakan jumlahnya mendekati 180.000 orang.
Pusat-pusat kota di Melbourne, Sydney, dan Brisbane menjadi lumpuh di saat para pengunjuk rasa memenuhi jalanan.
Awalnya, sekitar 150.000 orang ikut serta dalam aksi di Melbourne, sebelum angka itu direvisi menjadi 100.000. Kepolisian Victoria menolak untuk menyebutkan perkiraan jumlah massa.
Puluhan ribu orang turun ke jalan di area The Domain Sydney. Jumlah massa ini sekitar 80.000 orang.
Di Brisbane, lebih dari 35.000 orang diperkirakan mengikuti unjuk rasa. Kepolisian Queensland mengatakan angka ini mendekati 12.000.
Aksi ini didukung oleh Dewan Kota Brisbane tapi dikritik oleh kedua kubu politik. Menteri Pendidikan Queensland, Grace Grace, berargumen aksi para pelajar seharusnya berlangsung di luar jam belajar.
Emisi Karbon Australia Terus Naik
Protes ini didorong oleh laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) yang dipublikasikan tahun lalu yang memerinci masa depan bencana besar dari peristiwa cuaca ekstrem jika emisi gas rumah kaca tak dikendalikan.
PBB merilis sebuah laporan pada bulan Februari yang menunjukkan bahwa 20 tahun terhangat dalam sejarah Bumi telah terjadi dalam 22 tahun terakhir.
Australia adalah penandatangan Perjanjian Iklim Paris 2015, kesepakatan global untuk memerangi perubahan iklim, dan berjanji untuk mengurangi emisi negara ini sebesar 26 hingga 28 persen dari tingkat tahun di 2005 pada tahun 2030.
Angka yang dirilis pada bulan Agustus menunjukkan emisi karbon Australia terus meningkat.
Data yang dirilis pada bulan Juni menunjukkan polusi Australia berada pada titik tertinggi sepanjang masa di sebagian besar sektor.
Menteri Lingkungan Hidup Australia, Sussan Ley, mengatakan jika tujuan dari protes itu adalah untuk menarik perhatian Pemerintah terhadap perubahan iklim “Saya bisa meyakinkan semua orang bahwa perhatian kami sudah ada di sana”.
“Kami mengambil tindakan global nyata dan terkoordinasi terhadap perubahan iklim, sambil memastikan ekonomi kami tetap kuat,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Pendidikan Australia, Dan Tehan, mengaitkan hubungan antara gerakan protes global dan hasil ujian yang menurun di seluruh Australia.
“Ujian sebenarnya dari komitmen para pengunjuk rasa adalah berapa banyak yang muncul dalam aksi yang diadakan pada hari Sabtu sore,” katanya. (abc.net.au)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...