Reaksi Gereja-gereja di Dunia terhadap Usulan AS tentang Palestina dan Israel
SATUHARAPAN.COM - Gereja-gereja di seluruh dunia telah merilis reaksi resmi mereka terhadap proposal Presiden AS Trump dan Perdana Menteri Israel Netanyahu untuk memecah-belah Palestina dan Israel.
Pada 30 Januari, para tetua dan kepala gereja-gereja Tanah Suci mengeluarkan pernyataan tentang proposal itu, yang sekarang dikenal sebagai “Kesepakatan Abad Ini”, seperti dilaporkan oikoumene.org, 5 Januari 2020.
Para tetua dan kepala gereja-gereja Tanah Suci menegaskan pengabdian mereka yang kuat untuk mencapai perdamaian yang adil dan komprehensif di Timur Tengah berdasarkan pada legitimasi internasional dan Resolusi PBB yang relevan, dan dengan cara yang menjamin keamanan, perdamaian, kebebasan, dan martabat bagi semua orang di wilayah tersebut.
“Rencana perdamaian Amerika yang diumumkan di Gedung Putih, di hadapan Israel dan tanpa kehadiran Palestina, mengundang kami untuk meminta dari Pemerintah AS serta masyarakat internasional, untuk membangun di atas visi dua negara, dan mengembangkannya sejalan dengan legitimasi internasional, selain membuka saluran komunikasi politik dengan Organisasi Pembebasan Palestina, satu-satunya perwakilan sah yang diakui secara internasional dari rakyat Palestina, untuk memastikan aspirasi nasionalnya yang sah juga dipenuhi dalam kerangka kerja yang komprehensif dan rencana perdamaian jangka panjang untuk diterima semua pihak yang terkait,” demikian pernyataan itu.
“Kebangkitan Tuhan kita dari Yerusalem, mengingatkan kita semua pengorbanan untuk memastikan keadilan dan perdamaian di Tanah Suci.”
Sekretaris Jenderal Dewan Gereja Timur Tengah, Dr Souraya Bechealany, mengambil sikap tegas terhadap “Kesepakatan Abad Ini”, menekankan bahwa perjuangan Palestina adalah perjuangan yang sah dan mengatasinya melalui tawar-menawar dan pertukaran tidak dapat diterima. “Sejak 1948, orang-orang Palestina berdarah-darah dan Timur Tengah telah terhuyung-huyung di bawah tekanan konflik dan perang,” kata Bechealany. “Sekarang adalah saatnya untuk mencapai perdamaian, perdamaian sejati berdasarkan keadilan, menjauh dari keputusan sepihak yang mengabaikan Resolusi PBB yang relevan.”
Para pemimpin Gereja Persatuan Kristus dan Gereja Kristen (Murid-Murid Kristus) merilis sebuah pernyataan pada tanggal 31 Januari yang mengungkapkan keprihatinan serius. “Kami tidak membaca proposal setebal 181 halaman itu realistis atau adil,” demikian bunyi pernyataan itu.
“Kami khawatir akan dampak buruknya yang menghancurkan pada hak-hak Palestina, implikasinya bagi hukum dan lembaga internasional, dan konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang-orang yang hidup dalam keadaan yang sudah tidak dapat dipertahankan.”
Dewan Gereja Nasional (AS) juga mengkritik rencana tersebut. ”Daripada memetakan negara Palestina yang otentik, para arsitek rencana tersebut telah membuat sebuah peta yang mengakui ‘fakta-fakta di tanah’ yang dipaksakan oleh Israel dan memberikan kepada Palestina sisa wilayah yang tidak bersebelahan yang bopeng, yang lebih menyerupai balok keju Swiss lebih dari sekadar negara-bangsa,” kata dewan.
“’Rencana perdamaian’ yang diusulkan oleh Presiden Trump tidak akan membawa perdamaian, juga bukan rencana yang realistis. Sebaliknya, proposalnya - dirumuskan dengan Israel tanpa partisipasi Palestina - memastikan kekerasan, permusuhan berkelanjutan, dan perambahan lebih lanjut oleh Israel di tanah yang menjadi milik rakyat Palestina.” (oikoumene.org)
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...