Rekonstruksi Apik ‘Filosofi Kopi’ Diracik Sutradara Angga
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Cerita pendek (cerpen) Filosofi Kopi gubahan penulis Dewi Lestari akhirnya diapresiasi dalam bentuk visual oleh sutradara peraih piala citra Angga Dwimas Sasongko dalam film berdurasi kurang lebih 90 menit.
Menggandeng aktor Chicco Jerikho, Rio Dewanto, dan aktris Julie Estelle sebagai pemeran utama, Angga mencoba merekonstruksi film lewat pengembangan cerita dari cerita pendek menjadi film dengan kemasannya yang apik.
Dewi Lestari sebagai penulis cerita pendek pun mengakui kepuasannya kepada film ini yang berhasil diracik secara apik oleh sutradara muda tersebut.
“Saya sendiri tak menyangka akan seapik itu hasil filmnya. Filosofi Kopi sebagai sebuah cerita menemukan jodohnya yang tepat. Angan-angan untuk melihat karya saya dalam versi visual bisa terwujud,” ujar Dewi Lestari dalam konferensi pers di Epicentrum Walk, Selasa (7/4) sore seusai pemutaran perdana Filosofi Kopi.
Angga pun mengakui melakukan pendekatan yang baru dalam film bergenre popular ini. Dalam film ini, kata dia, ia menempatkan kamera sebagai matanya yang berjalan.
Ia pun rela melepaskan lebel piala citra demi mengkeskplorasi genre film dalam area yang belum pernah dijajakinya.
“Ketika saya membuat film ini, tujuannya adalah ekplorasi, mencoba area baru yang belum pernah saya datangi. Namun saya sebagai pembuat film, saya hanya mencoba membuat film. Saya ingin penonton banyak, tak berharap piala citra,” ujar Angga saat ditanya target pencapaian dari film barunya ini.
Filosofi Kopi ini akan mulai tayang di bioskop 9 April mendatang. Pemutaran film juga akan dimeriahkan dengan konser soundtrack yang akan dijadwalkan tim manajemen di Jakarta.
Sinopsis ‘Filosofi Kopi’
Filosofi Kopi mengisahkan seorang barista andal bernama Ben yang selalu memberikan sebuah deskripsi singkat dalam ramuan kopi yang disuguhkan di kedai kopi miliknya. Kedai tersebut menjadi sangat ramai dan penuh pengunjung. Suatu hari, seorang pria kaya menantang Ben untuk membuat sebuah ramuan kopi yang apabila diminum akan membuat kita menahan napas.
Ramuan kopi terseut akhirnya jadi dan dinamai Ben's Perfecto. Ramuan kopi tersebut menjadi minuman terenak. Namun suatu hari, seorang pria datang dan mengatakan bahwa rasa kopi tersebut hanya "lumayan enak" dibandingkan kopi yang pernah dicicipinya di suatu lokasi di Jawa Tengah.
Ben dan Jody (sahabatnya) yang penasaran langsung menuju lokasi tersebut. Mereka menemukan secangkir kopi tiwus yang disuguhkan oleh pemilik warung reot di daerah tersebut. Ben dan Jody yang meminum kopi tersebut terhenyak akan kenikmatan kopinya. Mereka hanya meneguk serta menerima tuangan kopi yang disuguhkan oleh pemilik warung sederhana itu. Kopi tersebut memiliki rasa yang sempurna. Ben yang merasa gagal akhirnya kembali ke Jakarta dan putus asa.
Untuk mencari tahu cara menghibur temannya, Jody kembali menemui pemilik warung di Jawa Tengah tersebut. Sepulangnya dari sana, dia menghidangkan Ben segelas Kopi Tiwus. Bersamaan dengan kopi tersebut, dia menmberikan sebuah kartu bertuliskan "Kopi yang Anda minum hari ini Adalah: Kopi Tiwus. Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya".
Pada akhirnya Ben sadar bahwa dia selama ini mengambil jalan hidup yang salah. Ben sadar hidup ini tidak ada yang sempurna. Dengan demikian, Ben kembali melanjutkan perjuangan serta hobinya di kedai filosofi kopi.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...