Repertoar Queen, Harmonisasi Klasik dan Rock Avip Priatna
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kemegahan instrumen klasik dipadu ketegasan musik rock karya grup musik legendaris Queen di tangan musikus senior Avip Priatna menjadi satu perkawinan melodi yang apik. Runtutan harmoni yang logis dan berirama seakan mengungkapan gagasan konduktor yang pernah menempuh pendidikan di Magister Artium University of Music and Performing Arts Vienna, Austria ini membawa pengunjung larut dalam repertoar yang disuguhkan.
The Resonanz Music Studio didukung Bakti Budaya Djarum Foundation mementaskan karya-karya Queen dalam konser bertajuk “Love of My Life” di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada Sabtu (18/4) malam.
Sejak pukul 19.30 WIB, bangku-bangku berderet menghadap panggung itu nampak penuh, mulai dari bangku lantai satu hingga lantai tiga. Di tangan para penikmat musik itu, tersemat buku panduan berukuran folio. Sambil menunggu kerai pertunjukan dibuka, beberapa di antaranya nampak serius membolak-balik halaman berisi profil The Resonanz hingga si lakon panggung, Avip muncul menyita perhatian.
Dengan setelan jas abu-abu dipadu sepatu pantofel hitam, Avip mengabil posisi lebih tinggi seolah menegaskan kedudukannya. Dengan sigap, tangan-tangan musikus yang mengelilinginya sontak mengambil posisi siap dengan alat masing-masing. Mata mereka menatap tajam ke arah sang komposer. Dengan tangan kanan yang mengebas tegas tongkat konduktor dan tangan kiri yang mengalun lembut bak menari-nari memainkan presisi, Avip dan Jakarta Concert Orchestra berhasil menyibak malam dengan kemegahan. [Baca: Wina dalam Kenangan, Suguhan Avip untuk Penikmat Musik]
“Saya baru merayakan usia 50 tahun, selama itu saya ingin membawakan karya-karya yang menjadi bagian dari kehidupan musik saya, termasuk Queen. Queen membawa saya bernostalgia saat saya masih duduk di SMA dan saya ingin membawa kenangan saya di panggung ini. Dulu saya membawakan lagu Queen dengan sederhana, sekarang tentu saya ingin kembali membawakannya dengan aransemen yang berbeda,” ujar sang maetro di sela-sela konser disambut riuh tepuk tangan pengunjung.
Tak hanya tampil sepi bersama kelompok orkestranya, Avip dalam konsernya kali ini juga ditemani oleh penyanyi dengan karakter warna suara rock yang kuat, Judika, beserta solois Lisa Depe dan mezzo soprano Heny Janawati. [Baca: 50 Tahun Avip, Dirigen Tak Sekadar Gerakan Tangan]
Tak lupa, Batavia Madrigal Singer dan The Resonanz Children Choir dengan penyatuan stimme yang apik menyempurnakan ensembel musik di panggung gubahan penyandang predikat konduktor terbaik dalam ajang 'the 34th International May Choir Competition Prof. Georgi Dimitrov' di Varna, Bulgaria 2012 lalu itu.
Ihwal repertoar, sekitar 12 koleksi Queen berhasil dikupas tuntas Avip membuat pertunjukan malam itu terasa klimak dengan “We are the Champions” sebagai penutupnya.
“Selama latihan, saya selalu berusaha mencapai target yang sangat tinggi karena tanggung jawab saya sebagai musikus tidak pantas membuat musik Queen yang bagus itu tiba-tiba roh musiknya hilang. Penting bagi saya membentuk karater musik itu atau membentuk anssambelnya. Dan bagi para pemusik, mereka harus melihat musik sebagai satu kesatuan sehingga kami dapat menampilkan hasil seperti yang dapat dilihat tadi di panggung,” ujar Avip kepada satuharapan.com saat ditemui seusai menghelat pentas. [Baca: Harmonisasi Natal dalam Konser Spirit of the Season]
Queen dan Perkawinan Musik
Bukan pekerjaan mudah bagi Avip untuk mengawinkan rock dan klasik menjadi satu kemasan. Seperti karya Queen berjudul “Bohemian Rhapsody” misalnya, hal itu diakui cukup sulit ditaklukkan.
“Lagu itu introduksinya sangat landai, tapi di tengah tiba-tiba menjadi sangat rock. Ssangat kontras juga karena dalam satu komposisi, berbagai macam mood ada di situ. Tapi di situlah akhirnya kemegahan klasik dengan keganasan rock dikawinkan,” kata Avip.
Kendati warna yang dimiliki Queen memiliki karakter rock yang kuat, Avip menjelaskan sebetulnya basic grup musik tersebut adalah klasik. [Baca: Semifinalis Kompetisi Dirigen The Resonanz Belajar Autodidak]
“Oleh sebab itulah saya pikir ini untuk saatnya diaransemen dan ditampilkan dengan musik klasik untuk menampilkan suatu warna yang berbeda. Sebelumnya di Jakarta jarang ada yang mengemas lagu-lagu Queen sebagai grup musik legendaris,” ia memaparkan.
Penampilan Judika dengan karakter rocknya yang kuat dan Henny Janawati pemiliki suara mezzo sopran telah merepresentasikan hasil perkawinan kedua warna musik yang berlainan.
Namun demikian, keduanya berhasil mengekspresikan musik dan memadukan yang berbeda menjadi satu.
“Warna itu berbeda-beda, gaya juga boleh berbeda, tapi kita punya satu kepala yang inginnya sama,” kata Avip.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...