Rexy Berharap Simon dan Firdasari Berprestasi, Walau di Luar Pelatnas
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Rexy Mainaky selaku Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) mengatakan pada Sabtu (25/1) malam, bahwa dia berharap dua pemain senior yang baru saja keluar dari Pelatnas PBSI Cipayung, Simon Santoso dan Adrianti Firdasari masih bisa berprestasi walau keduanya kembali ke klub masing-masing.
“Saya waktu itu sudah tekankan ke Simon, bisa berlaku juga buat Firda (Firdasari). Kalau di luar (pelatnas) kamu punya prestasi baik, kita masih akan memungkinkan memanggil dia untuk Piala Thomas atau Asian Games nanti, karena kalau membela warganegara kan siapa saja memang harus siap,” kata Rexy kepada satuharapan.com di Gelanggang Olah Raga (GOR) Grogol Petamburan, Tanjung Duren, Jakarta.
Rexy mengatakan bahwa Simon Santoso dan Adrianti Firdasari telah lama berkutat dengan cedera yang membuat keduanya maksimal, pantauan PBSI menyebut bahwa keduanya gagal menunjukkan prestasi cemerlang. Rexy mencontohkan Simon dan Adrianti yang tumbang pada babak pertama Malaysia Terbuka 2014 baru-baru ini, selain itu faktor usia yang seharusnya membuat kedua atlet badminton tersebut sadar diri.
“Kita nggak asal mencoret pemain ya, tetapi sebelumnya memang kita melihat pertimbangan usia, terlebih lagi dilihat dari hasil terakhirnya ini,” lanjut Rexy.
Simon Mengundurkan Diri, Firda Terdegradasi
Sebelumnya pada Senin (30/12), di Cipayung, Jakarta, Adrianti Firdasari, harus mengucapkan selamat tinggal kepada rekan-rekannya di pelatnas PBSI Cipayung.
Adrianti Firdasari, salah satu tunggal putri badminton Indonesia, harus mengucapkan selamat tinggal setelah 11 tahun berkiprah di arena badminton Indonesia karena PBSI tidak memanggil nama dara kelahiran Jakarta, 16 Desember 1986 ini dalam 72 pemain yang masuk pemusatan pelatnas pada 2014 mendatang, baik di kategori pelatnas potensi maupun prestasi.
Sementara itu Simon Santoso pada Jumat (17/1) memutuskan mengundurkan diri dari Pelatihan Nasional (Pelatnas) Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), di Cipayung, Jakarta.
Simon telah menjadi bagian dari pelatnas PBSI Cipayung mulai dari 2002. Pada awal 2014 ini Simon Santoso mengalami kekalahan saat mewakili Indonesia pada Korea Grand Prix Gold (Korea Terbuka), dan Maybank Malaysia Open Super Series Premier 2014 (Malaysia Terbuka).
Simon mengalami cedera pada akhir 2012, sehingga harus absen pada sejumlah turnamen, hal yang sama terjadi pada 2013 silam tatkala cedera pinggang menghantuinya, oleh karena itu Simon batal berlaga di ajang bergengsi Djarum Indonesia Open Super Series Premier 2013. Absennya Simon pada beberapa ajang tersebut, membuat rankingnya di urutan atlet badminton tunggal putra melorot jauh dari rangking 100 besar dunia.
Rexy sekaligus membantah pernyataan sebuah situs berita online yang menyebut bahwa Simon tidak diajak bicara seputar pengunduran diri atau aturan degradasi yang dikeluarkan PBSI.
“Kalau di media online lain saya pernah baca bahwa dia tidak pernah diajak bicara dengan pengurus (PP PBSI) maka saya rasa itu salah, karena sebelumnya waktu Indonesia Open 2013, dan Piala Sudirman kami malah bicara berdua,” lanjut mantan pemain Indonesia yang pernah melatih di Malaysia dan Inggris ini.
Seorang atlet badminton dinyatakan terdegradasi ketika PBSI melihat pertimbangan usia dan prestasi atlet yang bersangkutan tidak mengalami keseimbangan.
Rexy menjelaskan bahwa saat duduk berdua dan berdiskusi dengan Simon mengenai masa depannya di Pelatnas, Rexy menjelaskan bahwa Simon belum siap sebagai seorang atlet badminton dewasa.
“Dari kesempatan itu (diskusi intens dengan Simon) saya pikir Simon belum bisa dianggap sebagai pemain besar,” lanjut Rexy.
Rexy memberi contoh kenapa PBSI seolah membeda-bedakan antara perlakuan Simon Santoso dan Tommy Sugiarto saat kalah di kejuaraan tertentu.
“Terus waktu itu dia pernah membanding-bandingkan antara dia dan Tommy (Sugiarto), kenapa waktu itu Tommy (Sugiarto) tidak pernah dibahas namanya kalau kalah, sedangkan dia terus dibahas di PBSI. Kalau membandingkan nama besar antara Simon dan Tommy, Simon masih lebih besar. Dan ini yang kurang Simon sadari,” lanjut Rexy.
PBSI mengatakan tidak ada nama Simon dalam prioritas turnamen yang diikuti para tunggal putra Indonesia. Rexy mengatakan nama-nama yang menjadi prioritas antara lain Tommy Sugiarto, Sonny Dwi Kuncoro, Wisnu Yuli Prasetyo dan Dyonisius Hayom Rumbaka.
“Dari hasil turnamen terakhir (Malaysia dan Korea Terbuka) kita masih punya Tommy dan Sonny yang selama ini berkibar di nomor tunggal, kita berharap juga Wisnu (Wisnu Yuli Prasetyo) dan Hayom (Dyonisius Hayom Rumbaka) bisa berbicara banyak,” kata Rexy.
Rexy belum mewacanakan para pemain muda yang kemarin berpartisipasi pada Junior Masters PBSI yang digelar Desember 2013 silam, karena para pemain muda tersebut memang akan dilihat konsistensi permainannya untuk jangka panjang.
“Kalau Junior Masters ini belum akan kita siapkan untuk Asian Games atau SEA Games, karena kan itu nantinya untuk jangka panjang. Mereka pun belum bisa untuk tim Thomas atau Uber, karena kalau pelatnas potensi itu kan mereka bisa sampai 2020 sementara produk Junior Masters ini untuk 2024,” tutup Rexy.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...