RI Fokus Kurangi Defisit Transaksi Berjalan Sesama ASEAN
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Untuk menghadapi persaingan dengan sesama negara Asia Tenggara dalam ASEAN Economic Community (MEA/ Masyarakat Ekonomi ASEAN) Indonesia akan berusaha mengurangi defisit transaksi berjalan dengan sesama negara Asia Tenggara.
“Kita masih akan berusaha keras untuk mengatasi defisit neraca transaksi berjalan dengan sesama negara Asia Tenggara,” kata Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel, kepada para pewarta di Gedung Utama Lantai 5 Kementerian Perdagangan, Jalan Muhammad Ridwan Rais, Jakarta, Selasa (17/3).
Sebagai catatan, neraca transaksi berjalan meliputi transaksi perdagangan barang dan jasa, pendapatan hasil investasi (modal), dan transaksi unilateral. Transaksi berjalan mengalami surplus bila ekspor (barang dan jasa) lebih besar dari impor (barang dan jasa). Sebaliknya akan mengalami defisit apabila impor lebih besar dari ekspor.
Rachmat Gobel memberi contoh bahwa salah satu komoditi yang akan menjadi unggulan dalam ekspor atau impor pada persaingan negara-negara Asia Tenggara tersebut yakni CPO (kelapa sawit) dan otomotif.
“Negara lain sekarang akan mejadikan Indonesia sebagai basis produksi, nah sekarang kalau otomotif ada beberapa merek yang akan beruji coba di Inodnesia, antara lain seperti membuat produk kendaraan roda dua atau roda empat,” Rachmat menjelaskan.
Pada Senin (16/3) BPS merilis data bahwa Neraca Perdagangan Indonesia Periode Februari 2015 antara lain surplus sebesar 738,3 juta dolar Amerika Serikat yaitu selisih positif antara ekspor sebesar 12,29 miliar (sekitar Rp162,71 triliun) dolar dan impor sebesar 11,55 miliar dolar (sekitar Rp152,91 triliun).
“Dengan neraca perdagangan yang surplus, saya optimis bisa untuk menunjang ekspor di MEA,” Rachmat mengakhiri penjelasannya.
Bulan lalu, Center of Reform on Economic (Core) Indonesia melaporkan tingkat defisit neraca perdagangan Indonesia di sektor jasa merupakan yang terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Peneliti Senior Core, Mohammad Faisal mengatakan, neraca sektor jasa mengalami defisit yang lebih besar dibandingkan neraca pedagangan barang.
"Defisit neraca jasa selama 5 tahun terekhir menunjukan tren pertumbuhan yang terus meningkat," kata Faisal, dalam diskusi meredam defisit neraca jasa, di SME Tower, Jakarta, sebagaimana dikutip dari liputan6.com.
Core mencatat, defisit perdagangan sektor jasa yang dialami Indonesia ini jauh lebih besar dibandingkan Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam dan Philipina. Bahkan, negara tetangga di Indonesia umumnya mengalami defisit dengan nilai rata-rata.
Defisit neraca jasa Indonesia sepanjang 2013 tercatat melebar 10,55% menjadi US$ 11,42 miliar dari tahun sebelumnya US$ 10,33 miliar.
Indonesia dikhawatirkan akan mengalami defisit neraca perdagangan jasa Indonesia yang semakin melebar seiring penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 2015 nanti.
Dengan terintegrasinya ekonomi negara-negara serumpun Melayu sebagai satu kesatuan pasar dan basis produksi, intensitas perdagangan barang dan investasi khususnya disektor jasa dipastikan meningkat. Akibatnya, defisit di sektor ini akan semakin besar.
"Dengan meningkatnya intesitas modal, barang tenaga kerja, potensi defisitnya lebih besar lagi. Peningkatan intensitas aliran barang disertai dengan jasa-jasa," kata dia.
Editor : Eben Ezer Siadari
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...