RI-India Tingkatkan Kerja Sama di Sektor Kelapa Sawit
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM – Menteri Perdagangan RI, Enggartiasto Lukita, bersama Menteri Perdagangan dan Industri India, Suresh Prabu, membahas tarif CPO dan peluang kerja sama di bidang farmasi di New Delhi, India, pada hari Senin (25/9).
Kedua Menteri bertemu dalam forum pertemuan tingkat Menteri Perdagangan, yaitu Indonesia-India Biennial Trade Ministers’ Forum (BTMF) ke-2. Mendag Enggar dan Menteri Suresh juga membahas langkah-langkah peningkatan kerja sama di bidang perdagangan dan investasi.
“Pertemuan kedua Menteri sangat strategis karena India dan Indonesia merupakan dua negara yang memiliki hubungan sejarah, ekonomi, dan sosial yang sangat dekat, dan kedua Kepala Negara memiliki komitmen untuk meningkatkan hubungan di segala bidang termasuk di bidang perdagangan dan investasi,” kata Enggartiasto Lukita, hari Selasa (26/9).
Fokus dari BTMF membahas isu-isu perdagangan bilateral, menindaklanjuti hasil BTMF pertama, dan menindaklanjuti hasil pertemuan kedua Kepala Negara pada Desember 2016 lalu. Indonesia dan India melakukan BTMF terakhir enam tahun lalu, yaitu pada 4 Oktober 2011 di Jakarta.
“Indonesia mengangkat isu peningkatan bea masuk CPO dari 7,5 persen menjadi 15 persen dan turunannya (olein) dari 15 persen menjadi 25 persen, sehingga menyebabkan penurunan daya saing produk andalan ekspor Indonesia ke India,” kata Enggar.
“Selain itu kami juga mengangkat isu produk lain seperti pinang, kopi, karet, dan minyak atsiri yang juga dikenai tarif tinggi padahal produk tersebut diperlukan untuk industri dalam negeri India. India sudah menerima keluhan Indonesia, dan siap membahas hal ini lebih lanjut dalam pertemuan RCEP berikutnya,” tambah Enggar.
Selain isu CPO, kedua Menteri juga membahas kerja sama di bidang farmasi. Dalam hal ini, Indonesia mengundang kembali India untuk berinvestasi di bahan baku obat atau Active Pharmaceutical Ingredients (API).
Kedua Menteri sepakat isu pengembangan investasi di bidang farmasi akan dibahas lebih lanjut dalam melalui pertemuan teknis otoritas farmasi dan kesehatan kedua negara.
“Pertemuan diadakan dengan semangat kerja sama dan kekeluargaan. Kedua negara harus melihat secara positif dan mencari cara secara kreatif. Bukan bagaimana menurunkan impor, tapi lebih kepada bagaimana meningkatkan ekspor masing-masing negara sehingga terjadi perdagangan yang berkelanjutan,” kata Mendag Enggar.
Kedua Menteri sepakat meminta pejabat tinggi kedua negara meningkatkan intensitas pertemuan, baik formal maupun informal, untuk membahas isu-isu perdagangan dan investasi yang muncul antara kedua negara.
Salah satu hasil penting dari BTMF ke-2 adalah disepakatinya pembentukan Kelompok Kerja Perdagagangan dan Investasi (Working Group on Trade and Investment Forum/WGTIF) dan Kelompok Kerja Fasilitasi dan Resolusi Perdagangan (Working Group on Trade Facilitation and Resolution/WGTFR).
Kedua kelompok kerja bertujuan membahas isu-isu teknis agar pertemuan BTMF selanjutnya dapat membahas isu-isu baru yang relevan di masa depan. Sebagai contoh, isu- isunya seperti sektor jasa dan kemajuan teknologi. Kedua kelompok kerja ini direncanakan untuk melakukan pertemuan pertama di awal tahun 2018.
Sebelum pertemuan tingkat Menteri, terlebih dahulu digelar Pertemuan Tingkat Pejabat Senior (Senior Officials Meeting). Dalam pertemuan tersebut, Delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Iman Pambagyo dan Delegasi India dipimpin oleh Joint Secretary, Department of Commerce and Industry, Ministry of Commerce and Industry of India Shri Rajneesh.
Pertemuan dengan Importir India
Di sela-sela rangkaian kegiatan BTMF, Mendag Enggar melakukan pertemuan roundtable. Pertemuan tersebut melibatkan para importir India dan kalangan bisnis Indonesia yang bergerak di industri kelapa sawit dan kopi.
Salah satu topik pembahasan adalah potensi peningkatan perdagangan kelapa sawit, serta peningkatan perdagangan kopi olahan dan kopi spesial yang saat ini mulai berkembang di India.
Sekilas Hubungan Perdagangan dan Investasi
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016 menyebutkan nilai total perdagangan kedua negara pada mencapai USD 12,9 miliar. Neraca perdagangan Indonesia-India tahun 2016 surplus bagi Indonesia sebesar USD 7,2 miliar.
Ekspor Indonesia ke India pada periode Januari-Juni 2017 tercatat sebesar USD 6,9 miliar atau naik 51,22 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai USD 4,5 miliar.
Sementara itu, impor Indonesia dari India pada periode Januari-Juni 2017 mencapai nilai USD 1,9 miliar atau naik 49,10 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai USD 1,3 miliar.
Komoditas ekspor andalan Indonesia ke India tahun 2016 adalah minyak kelapa sawit dan turunannya, batu bara, bijih tembaga, karet alam, dan Industrial Monocarboxylic Fatty Acids.
Komoditas impor utama Indonesia dari India pada tahun 2016 adalah Cyclic Hydrocarbons, kacang tanah, daging binatang jenis lembu beku, produk canai lantaian dari baja stainless dengan lebar 600 milimeter atau lebih, dan bahan pewarna organik sintetis. (PR)
Editor : Melki Pangaribuan
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...