RI Kecam 4 Negara Pendukung Agenda Separatis Papua di PBB
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Delegasi Indonesia pada Sidang Umum ke-72 Perserikatan Bangsa-bangsa marah dan mengecam dengan keras langkah empat negara di kawasan Pasifik yang mengangkat isu penentuan nasib sendiri Papua pada sidang tersebut. Keempat negara tersebut adalah Vanuatu, Solomon Islands, Tuvalu dan Saint Vincent and Granadies.
Seorang diplomat perempuan muda, yang menjadi wakil Indonesia, berbicara pada hari Senin, 25 September, untuk menggunakan 1st right to reply, dengan ekspresi wajah yang menunjukkan kemarahan, seraya berkali-kali mengangkat tangan dan telunjuk. Ia menegaskan bahwa tuduhan-tuduhan tentang pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara-negara tersebut adalah palsu bahkan hoax.
Menurut dia, telah banyak informasi yang keliru dan hoax terkait dengan Papua yang disampaikan oleh individu-individu yang dipicu motivasi ekonomi oleh agenda separatis dan para pendukungnya.
Diplomat Indonesia itu --yang tidak disebutkan namanya tetapi rekaman videonya dapat dilihat di situs PBB, mengecam aksi melemparkan fakta-fakta palsu tersebut di SU PBB.
Negara-negara yang mengangkat isu Papua itu, menurut dia, "benar-benar buta. Mereka gagal memahami. Atau menolak untuk mengerti. (bahwa) Provinsi Papua dan Papua Barat telah menjalankan dan mengalami kemajuan yang masif."
Ia membeberkan kemajuan-kemajuan itu lewat sejumlah indikator. "Dalam tiga tahun terakhir, 4.325 kilometer jalan telah dibangun. 30 pelabuhan. Tujuh bandara baru. 7,8 juta penduduk Papua telah mendapat pelayanan kesehatan dasar. Sebanyak 360.000 orang menikmati pendidikan gratis. Ekonominya tumbuh 9,21 persen, membuat wilayah Papua dan Papua Barat menjadi wilayah yang bertumbuh paling pesat di Indonesia," tutur dia.
Di bagian lain pernyataannya, diplomat Indonesia sambil mengangkat jari telunjuk berkali-kali, mengatakan bahwa Papua dan Papua Barat adalah bagian integral dari Indonesia yang berdaulat.
Ia mengatakan mereka yang membawa agenda separatis itu adalah orang-orang yang secara bodoh dan berkhianat mengeksplotiasi isu HAM.
"Bila HAM ada pada inti dari persoalan ini, mengapa mereka tidak mengangkatnya pada Sidang Dewan HAM PBB. Jika Indonesia menyembunyikan pelanggaran HAM di Papua, di era teknologi seperti saat ini, semua orang pasti akan tahu adanya tuduhan itu," kata dia.
Ia mengatakan Indonesia tidak mampu memahami bagaimana negara-negara tersebut terus mendukung agenda separatis di sebuah negara berdaulat.
"Apakah ini cara untuk menyembunyikan masalah di dalam negeri mereka?"
Menurut dia, apa yang dilakukan oleh empat negara tersebut adalah ilegal dan melanggar prinsip PBB.
"Kita tidak boleh membiarkan ini berlanjut. Indonesia menolak dengan keras tuduhan ini," kata dia.
Di akhir pernyataan, delegasi Indonesia mengutip pepatah Melayu, yang berkata, "Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri."
Editor : Eben E. Siadari
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...