RI Masif Tingkatkan Infrastruktur Air
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Sumber Daya Air, Firdaus Ali mengatakan pemerintah terus berusaha meningkatkan infrastruktur air yang masif, guna meningkatkan kemampuan dalam menyediakan air baku dan mengendalikan banjir.
"Sepanjang sejarah, kita belum pernah bangun infrastruktur sumber daya air semasif ini, untuk meningkatkan cakupan kemampuan kita untuk menyediakan air baku, mengendalikan banjir, dan sebagainya," kata Firdaus dalam diskusi yang diikuti secara daring, Selasa (4/7).
Firdaus mengatakan bahwa pada sebelum tahun 2014, kapasitas tampung bendungan yang dimiliki Indonesia dibagi dengan jumlah populasi saat itu baru mencapai 49 meter kubik per kapita per tahun. Padahal, kata dia, Thailand sudah memiliki 1.200 meter kubik per kapita per tahun.
Untuk itu, menurut Firdaus, pemerintah terus bekerja keras meningkatkan infrastruktur tersebut dengan harapan dapat mencapai setidaknya 59 meter kubik per kapita per tahun. Namun, kata dia, hal tersebut tidaklah mudah.
"Ini masih jauh, tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ke arah sana, pemerintah yang akan datang itu setidaknya mendapatkan kemudahan-kemudahan. Kenapa? Karena bendungannya sudah kita bangun, walaupun nanti kita masih membutuhkan membangun infrastruktur yang lebih masif lagi ke depan," ujar Firdaus.
Firdaus mengatakan, pembangunan infrastruktur air yang masif penting dilakukan mengingat populasi akan terus bertambah dan negara-negara di dunia termasuk Indonesia menghadapi krisis akibat perubahan iklim.
"Jika kita bicara Indonesia dan mengerucut lagi ke Jakarta, sebetulnya Jakarta sudah mengalami krisis air yang sangat krusial. Krisis air tidak saja identik dengan kekurangan, tapi kelebihan yang tidak bisa kita kelola juga itu krisis sehingga jadi bencana. Di Jakarta, kalau musim hujan banjir dan suplai air bersihnya terkendala. Tidak musim hujan pun struggle mendapatkan air, di atas kertas kan 62 persen, tapi rilnya baru 39 persen populasi Jakarta yang dapat air bersih perpipaan," katanya.
"Kalau secara nasional, kita masih di bawah 21 persen dari populasi kita yang punya akses ke air bersih perpipaan," lanjut dia.
Selain itu, lanjut dia, masih ada kesenjangan antara jumlah penduduk dan cadangan air di suatu wilayah dengan wilayah lainnya.
"Misalnya Pulau Jawa luasnya hanya 6,8 persen dari luas Indonesia, dihuni oleh 56 persen populasi Indonesia, sementara cadangan air tawarnya tidak lebih dari 5 persen. Sementara di Kalimantan airnya melimpah, di Sumatera, apalagi di Papua, tapi yang membutuhkan tidak semasif di Jakarta," ujar Firdaus.
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...