Ribuan Warga Aleppo, Suriah Dievakuasi
SURIAH, SATUHARAPAN.COM - Setidaknya 4.000 orang dari pemberontak dan keluarga mereka akan dievakuasi dari distrik yang dikuasai oposisi Suriah di kota Aleppo, kata televisi negara melaporkan pada hari Kamis (15/12). "Semua prosedur evakuasi untuk mereka telah siap," kata televisi pemerintah.
Sebuah kesepakatan baru telah dicapai untuk evakuasi para pemberontak dari wilayah terakhir yang mereka kuasai setelah runtuhnya kesepakatan sebelumnya di tengah pertempuran sengit pada hari Rabu, kata sumber senior militer Suriah kepada AFP.
Sementara itu, penasihat kemanusiaan PBB untuk Suriah, Jan Egeland mengatakan bahwa dia berharap evakuasi terhadap ribuan warga sipil dari Aleppo timur, tetapi pihak Rusia baru saja meminta keterlibatan PBB, hari Kamis (15/12) ini dan itu sangat terlambat.
"Kami sekarang menerima informasi dari Rusia bahwa mereka ingin kami untuk berpartisipasi dalam evakuasi, tapi konfirmasi baru datang sekarang, pagi ini, dan sangat terlambat, karena sudah berlangsung dan sudah ada insiden keamanan," kata Egeland dikutip Reuters.
"Ribuan orang yang membutuhkan evakuasi, terutama dan paling mendesak bagi yang terluka, sakit dan anak-anak, termasuk anak-anak yatim," katanya. "Saya benar-benar berharap, tapi terlambat."
Oposisi Mundur
Sejumlah bus menunggu untuk mengevakuasi mereka dari bagian wilayah yang dikuasai pemberontak di Aleppo, hari Kamis setelah dicapai kesepakatan baru bahwa pejuang oposisi menarik diri dari kota itu.
AFP melaporkan bahwa sebuah pos pemeriksaan militer di Aleppo selatan melihat setidaknya 20 bus kosong dan lima ambulans siap untuk menjemput pengungsi.
Rusia, menurut sumber militer Suriah dan pejabat pemberontak menegaskan bahwa kesepakatan baru telah dicapai setelah rencana evakuasi pertama gagal pada hari Rabu di tengah pertempuran yang terus berkecamuk.
Televisi pemerintah Suriah melaporkan bahwa sekitar 4.000 pemberontak dan keluarga mereka dievakuasi.
Perjanjian yang ditengahi Rusia, sekutu rezim Suriah, dan Turki, pendukung oposisi, akan menandai akhir dari tahun-tahun pertempuran di kota Aleppo dan menjadi kemenangan besar bagi Presiden Suriah, Bashar Al-Assad.
Pihak Moskow mengatakan bahwa sedang dipersiapkan evakuasi bagi pemberontak yang tersisa dan anggota keluarga mereka dari wilayah timur Aleppo. Mereka akan dievakuasi menuju kota Idlib di Suriah barat laut, kata kubu oposisi utama.
Al-Farook Abu Bakr, negosiator utama bagi pemberontak, mengatakan kepada AFP bahwa konvoi pertama pada hari Kamis hanya untuk orang-orang yang terluka, perawat dan warga sipil lainnya.
Evakuasi Pertama Gagal
Evakuasi serupa diharapkan berlangsung pada hari Rabu pagi, tetapi gagal karena kedua pihak saling tembak dan kembali terjadi serangan udara hingga hari Kamis dini hari.
Warga sipil yang menderita kedinginan dan kelaparan berkumpul untuk evakuasi, tapi malah dikirim berjalan melalui jalan-jalan mencari tempat tinggal mereka, karena pertempuran kembali terjadi.
Rusia menuduh gerilyawan telah melanggar gencatan senjata, sementara Turki menuduh rezim Al Assad dan para pendukungnya memblokir evakuasi.
Perjanjian itu diumumkan setelah pertempuan dan pasukan pro pemerintahmerebut kembali semua wilayah Aleppo yang sebelumnya sebagian besar dikuasai pemberontak sejak 2012. Pasukan pemerintah yang didukung pasukan Iran dan gerakan Hizbullah Syiah dari Lebanon, telah menguasai lebih dari 90 persen dari wilayah pemberontak dalam beberapa pekan.
Lebih dari 465 warga sipil, termasuk 62 anak-anak, tewas di Aleppo timur selama serangan itu, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
Sementara 142 warga sipil, di antara mereka ada 42 anak-anak, tewas oleh serangan roket pemberontak di zona yang dikuasai pemerintah pada periode yang sama, kata kelompok pemantau yang berbasis di Inggris itu.
PBB dan negara-negara Barat pekan ini mengatakan ada dugaan kekejaman yang dilakukan oleh pasukan pro pemerintah di garis depan, termasuk eksekusi terhadap pria, perempuan dan anak-anak.
Sebuah panel di PBB pada hari Rabu mengatakan bahwa mereka juga telah menerima laporan tentang para pejuang pemberontak yang menghalangi warga sipil meninggalkan wilayah pertempuran dan menggunakan mereka sebagai perisai manusia.
Lebih dari 310.000 orang telah tewas sejak konflik bersenjata meletus di Suriah pada Maret 2011. Lebih dari setengah penduduk negara itu telah mengungsi, dengan jutaan menjadi pengungsi di negara lain.
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...