Ridwan Kamil Paparkan Inovasi Pemprov Dalam Pertemuan PBB
BANDUNG, SATUHARAPAN.COM - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memaparkan sederet inovasi dan kolaborasi yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam pembangunan serta peningkatan kualitas hidup di perkotaan saat menjadi pembicara pada 1st United Nations (UN)-Habitat Assembly di Nairobi, Kenya, Senin (27/5) waktu setempat.
Gubernur Emil dalam siaran persnya Biro Humas dan Keprotokolan Setda Jawa Barat, Selasa (28/5), menyebutkan pada 2050, sekitar 70 persen masyarakat dunia akan tinggal di perkotaan.
Karena lonjakan jumlah penduduk yang sulit direm, kata dia, maka kota akan berubah menjadi tempat yang diselimuti polusi.
Dia mengatakan ada dua cara yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan problem tersebut yakni pertama tentu saja menekan jumlah urbanisasi.
Jika cara tersebut sulit direalisasikan, maka pemerintah, kata Emil, wajib meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat perkotaan salah satunya dengan mengubah kebahagiaan menjadi kebijakan.
"Ketika saya menjadi Wali Kota Bandung, saya menjadikan kebahagiaan sebagai prioritas. Bagaimana mengubah kebahagiaan menjadi kebijakan. Kami mengumpulkan data dan bertanya kepada masyarakat tentang kehidupan mereka. Kami mendengarkan dan mengukur kualitas hidup pada sepuluh dimensi," katanya.
Dari 10 dimensi tersebut, kata Emil, pihaknya merangkum dua dimensi yang paling berpengaruh dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat perkotaan, yakni keharmonisan keluarga dan interaksi sosial. Dua dimensi itulah yang kemudian menjadi landasan dalam menyusun kebijakan dan pembangunan infrastruktur.
"Kita membangun beberapa infrastruktur sosial. Saya kemudian melihat dan menyadari bahwa membangun infrastruktur sosial akan berdampak besar kepada kebahagiaan. Saya bekerja dengan komunitas, pebisnis, akademisi, dan media, untuk merancang program. Program tersebut nantinya bertujuan untuk meningkatkan keharmonisan keluarga dan meningkatkan interaksi sosial. Ini dikenal sebagai formula pentahelix," katanya.
Menurut Emil, infrastruktur sosial dapat menciptakan peluang bagi orang untuk bertemu dan membangun komunikasi, salah satu contohnya adalah penyediaan fasilitas seperti kursi dan meja di trotoar.
"Kami dengan cermat mendesain ulang jalan. Jalan harus menjadi panggung merayakan identitas, merayakan budaya, dan merayakan kehidupan," katanya.
Selain itu, Emil mengajak pemerintah kota di seluruh dunia untuk memasukkan kebahagiaan saat menyusun kebijakan, supaya kualitas kehidupan masyarakat perkotaan terjamin.
"The New Urban Agenda meminta kita untuk menghargai kualitas hidup. Saran saya, Anda harus mempertimbangkan pendekatan yang berpusat pada kebahagiaan. Identifikasi kebutuhan dengan mendengarkan masyarakat. Cari tahu apa yang membuat mereka bahagia," katanya. (ANTARA)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...