Robot Katamaran Selidiki Erosi Pantai
ADELAIDE, SATUHARAPAN.COM - Robot katamaran dipasang di salah satu pantai paling indah di Australia Selatan untuk meningkatkan pemahaman tentang erosi pantai dan efek perubahan iklim.
Para peneliti menyatakan sistem bukit pasir di sekitar daerah pantai di Australia selatan itu berpotensi menjadi salah satu yang paling cepat mengalami erosi di Australia, namun upaya mereka tidak akan menghentikan perubahan dramatis pada lanskap lokal.
Beberapa pengunjung yang tidak biasa datang ke pantai yang biasanya tenang di bagian tenggara Australia.
Sejumlah peneliti sedang menyelidiki mengapa sistem bukit pasir Post Office Rock Dune itu termasuk salah satu yang paling cepat terkikis di Australia Selatan tersebut. Mahasiswa program PhD (Doktor), Samuel Davidson dari Flinders University mengemukakan.
“Alasan kami tertarik pada bebatuan yang dinamakan Post Office Rock Dune itu semata-mata karena keadaan alami erosi yang ekstrem sedang berlangsung di sini. Terakhir kali, sejak tahun 1940, bebatuan ini terkikis sekitar 100 meter, dengan cara yang cukup unik,” jelas Samuel Davidson.
Dahulu bukit pasir itu mencapai terumbu karang yang kini berjarak 100 meter dari darat.
Alat pengukur arus dan pesawat nirawak (drone) serta robot katamaran yang otomatis dan dilengkapi dengan sonar, kini digunakan dalam pemetaan bukit pasir di bawah air di teluk tersebut.
“Dengan memiliki peta dasar laut, dan semoga dapat menangkap pergerakan di bukit-bukit pasir di situ, kami akan bisa melihat ke mana pasir hanyut setelah erosi dan mengapa pasir itu tidak kembali mengisi pantai seperti yang terkadang atau sering terjadi,” imbuhnya.
Penelitian itu juga diharapkan dapat mengungkap hal-hal yang terjadi di beberapa pantai lainnya di Australia.
“Dengan kenaikan permukaan laut yang terus berlanjut dan perubahan iklim di masa mendatang, kita akan menyaksikan lebih banyak lagi peristiwa semacam ini terjadi. Jadi, ini merupakan sebuah contoh yang baik tentang apa yang dapat kita perkirakan akan jauh lebih sering terjadi pada tahun 2050 atau 2100, daripada yang terjadi saat ini,” jelas Patrick Hesp, dosen studi pengelolaan pesisir dari Flincers University.
Diperkirakan dalam waktu 15 tahun, lautan akan menerobos ke bukti-bukit pasir itu, menyapu habis jalan bagi para wisatawan dan membanjiri Pool of Siloam, sebuah danau air asin yang berada di dekatnya, yang dinikmati oleh para perenang.
Memindahkan jalan merupakan bagian dari strategi Dewan untuk melindungi masyarakat setempat. “Kami sudah merencanakan pemindahannya yang lebih jauh ke pedalaman dan menyediakan pembatas alami untuk melindungi kota kecil itu ketika kami membangun infrastruktur,” jelas Wattle Range, anggota Dewan sekaligus CEO Ben Gower.
Dengan pergeseran tanah yang terus terjadi, tekanan pada masyarakat pesisir untuk mencari solusi akan menjadi lebih besar. (VOA)
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...