Rokok dan Pembungkus Makanan, Polutan yang Sering Dijumpai di Laut
CANBERRA, SATUHARAPAN.COM – Sebuah lembaga ilmu pengetahuan di Australia mengungkap, benda-benda yang paling umum mencemari lautan dan wilayah pesisir pantai di seluruh dunia.
Organisasi Penelitian Ilmiah dan Industri Persemakmuran (Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization/CSIRO) pada Rabu (6/5) merilis analisis hasil dari dua survei pencemaran berbasis sukarelawan secara global. Kedua survei itu meliputi survei dasar laut di bawah inisiatif Dive Against Debris oleh organisasi Project AWARE, serta survei puing-puing di pantai dan di dekat pantai melalui kampanye International Coastal Cleanup oleh Ocean Conservancy.
Analisis yang dilakukan untuk pertama kalinya di dunia itu mengungkap bahwa benang pancing, fragmen plastik, kaleng logam, botol minuman plastik, botol gelas, pembungkus makanan, tali, kantong plastik, dan limbah konstruksi adalah benda-benda yang paling sering dijumpai Project AWARE di dasar laut.
Sementara puing-puing yang paling umum mencemari pesisir pantai meliputi rokok, fragmen plastik, pembungkus makanan, botol minuman plastik, tutup botol plastik, busa sintetis, kantong plastik, kaleng logam, dan botol gelas.
Lauren Roman, peneliti pascadoktoral CSIRO yang memimpin studi itu, mengatakan hasil tersebut menunjukkan bahwa daya apung suatu benda dan kecenderungannya untuk mudah robek merupakan faktor terbesar apakah benda itu akan berakhir di dasar laut atau pesisir pantai.
"Banyak dari benda-benda yang ditemukan di darat, seperti puntung rokok, jarang terlihat di dasar laut. Analisis kami menunjukkan bahwa hal ini mungkin disebabkan beberapa benda tertentu lebih cenderung 'mengapung' dibandingkan tenggelam," katanya.
"Sebaliknya, benda yang tenggelam atau tersangkut seperti benang pancing dan kantong plastik dijumpai dalam jumlah yang sama di darat maupun di bawah laut."
Para ilmuwan sukarelawan nonprofesional yang terlibat dalam proyek ini mencatat, ada lebih dari 32 juta puing benda di 19.000 lebih lokasi darat dan dasar laut di 86 negara dan wilayah,antara 2011 dan 2018.
Denise Hardesty, ilmuwan CSIRO, memaparkan bahwa penelitian bersejarah itu membuktikan nilai para ilmuwan amatir (citizen scientist).
"Studi ini melengkapi studi-studi lainnya yang dilakukan oleh para ilmuwan akademis di seluruh dunia," kata Denise. (Xinhua/Ant)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...