Rombongan PM Irak Dilempari Batu
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM – Rakyat Irak marah dan melempari kendaraan rombongan Perdana Menteri, Haider Al-Abadir, ketika mengunjungi lokasi serangan bom mobil di pusat belanja di Baghdad, yang diklaim dilakukan oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS atau ISIS).
Bom itu diletakkan dalam sebuah truk yang mengangkut lemari es di distrik Karrada. Ledakan itu menyebabkan 91 orang tewas dan melukai setidaknya 200.
Sebelumnya Al-Abadi telah meminta jajaran pemerintahnya memperbaiki sistem keamanan yang dinilainya sangat lemah, antara lain karena alat detektor bom yang digunakan merupakan barang palsu. Padahal pemalsunya telah dipenjara di Ingris, namun alat itu terus digunakan.
Pemerintahan gabungan Irak yang diwarnai kepentingan kelompok dan disebut sebagai pemerintahan sektarian telah menimbulkan kekecewaan besar di kalangan rakyat, terutama meningkatnya korupsi dan kepentingan kelompok.
Rekaman video yang diunggah ke media sosial, menurut Reuters, banyak yang menunjukkan massa rakyat yang marah, bahkan ada orang yang menyebut Abadi sebagai "pencuri" dan mereka berteriak ketika lewat konvoi kendaraan Perdana Menteri.
Saksi mata mengatakan orang banyak melempari mobil Abadi dengan batu, sepatu dan jerigen, menandai kemarahan atas serangan bom di Karrada menjelang akhir bulan Ramadhan dan memasuki perayaan Idul Fitri.
Serangan itu terjadi di jalan utama Karrada, sebuah distrik yang banyak pusat belanja dan sibuk, dengan sebagian besar penduduknya dari Mulsim Syiah, komunitas kecil Kristen kecil, dan terdapat beberapa masjid Muslim Sunni.
Kemungkinan korban meninggal meningkat, katena tim penyelamat masih berusaha menemukan mayat dari reruntuhan bangunan.
Pemerintah Irak di bawah PM Al-Abadi menghadapi protes besar rakyat, padahal semula diharapkan menjadi pemerintahan persatuan yang inklusif dan efektif. Namun pemerintah Al-Abadi menghadapi korupsi dan kepentingan kelompok sekte yang membuat pemerintahannya dinilai makin tidak efektif.
Irak juga menghadapi berkembangnya kerusuhan sosial dan protes anti-pemerintah akibat kemarahan rakyat pada kurangnya keamanan di ibu kota. Dalam satu bulan, kawasan Zona Hijau Baghdad, yang dipenuhi gedung-gedung pemerintah dan kantor misi diplomatik, dua kali didatangi pengunjuk rasa dalam jumlah besar yang anti-pemerintah dan menuntut reformasi kabinet.
"Kami berada dalam keadaan perang, dan tempat-tempat ini ditargetkan. Keamanan tidak bisa fokus pada perang (melawan ISIS) dan melupakan Baghdad," kata Sami seorang pedagang yang kecewa pada keamanan pemerintah.
Sementara itu, utusan PBB untuk Irak, Jan Kubis, menggambarkan serangan Karrada sebagai "tindakan pengecut dan keji" dan mendesak pemerintah Irak untuk meningkatkan upaya keamanan untuk melindungi warga Irak selama perayaan dan liburan Idul Fitri.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...