Rudal Houthi Yaman Serang Kapal Tanker di Laut Merah
YERUSALEM, SATUGARAPAN.COM-Para awak kapal tanker berbendera Kepulauan Marshall yang terkena rudal yang diluncurkan oleh pemberontak Houthi Yaman memadamkan api selama berjam-jam di atas kapal yang dilanda serangan tersebut pada hari Sabtu (27/1) yang dipicu oleh serangan tersebut, kata pihak berwenang.
Serangan terhadap Marlin Luanda semakin memperumit krisis Laut Merah yang disebabkan oleh serangan pemberontak yang didukung Iran terkait perang Israel terhadap Hamas di Jalur Gaza. Kapal tanker tersebut membawa nafta produksi Rusia, minyak yang mudah terbakar, sehingga menyeret Moskow semakin jauh ke dalam konflik yang selama ini mereka tuding dilakukan oleh Amerika Serikat.
Pada hari Sabtu pagi, pasukan AS melakukan serangan terhadap rudal anti-kapal Houthi yang ditujukan ke Laut Merah dan bersiap untuk diluncurkan, kata Komando Pusat militer AS. Serangan itu terjadi setelah USS Carney, kapal perusak kelas Arleigh Burke, harus menembak jatuh rudal Houthi yang menargetkannya.
Marlin Luanda terbakar selama berjam-jam di Teluk Aden hingga padam pada hari Sabtu, kata Trafigura, sebuah perusahaan perdagangan yang berbasis di Singapura. Awaknya yang terdiri dari 25 warga negara India dan dua warga Sri Lanka masih berusaha memadamkan api yang dipicu oleh serangan rudal tersebut, katanya. Tidak ada yang terluka akibat ledakan itu, tambahnya.
“Kami dengan senang hati mengonfirmasi bahwa seluruh awak kapal Marlin Luanda selamat dan api di tangki kargo telah padam sepenuhnya,” kata Trafigura. “Kapal itu sekarang berlayar menuju pelabuhan yang aman.”
Angkatan Laut India mengatakan kapal perusak berpeluru kendali INS Visakhapatnam membantu awak Marlin Luanda dalam memadamkan api. Maskapai ini memposting gambar yang menunjukkan kobaran api masih berkobar pada hari Sabtu, kemungkinan besar dipicu oleh nafta di kapal.
Kapal tersebut, yang dikelola oleh sebuah perusahaan Inggris, membawa nafta Rusia menuju Singapura, kata perusahaan itu. Mereka menggambarkan minyak yang mudah terbakar tersebut dibeli di bawah batas harga yang ditetapkan oleh sanksi G-7 yang dikenakan terhadap Rusia atas perang yang sedang berlangsung terhadap Ukraina. Tidak jelas dampak lingkungan apa yang ditimbulkan oleh serangan tersebut.
Juru bicara militer Houthi, Brigjen. Jenderal Yahya Saree, mengklaim serangan terhadap Marlin Luanda dalam pernyataan yang direkam sebelumnya pada Jumat (26/1) malam, dan menggambarkannya sebagai “kapal minyak Inggris.” Dia menegaskan serangan seperti itu akan terus berlanjut.
Sejak November, pemberontak telah berulang kali menargetkan kapal-kapal di Laut Merah atas serangan Israel di Gaza terhadap Hamas. Namun mereka sering menargetkan kapal-kapal yang memiliki hubungan lemah atau tidak jelas dengan Israel, sehingga membahayakan pelayaran di rute utama perdagangan global antara Asia, Timur Tengah, dan Eropa.
Sejak kampanye serangan udara dimulai, para pemberontak kini mengatakan mereka akan menargetkan kapal-kapal Amerika dan Inggris juga. Pada hari Rabu (24/1), dua kapal berbendera Amerika yang membawa kargo untuk Departemen Pertahanan dan Luar Negeri AS diserang oleh Houthi, sehingga memaksa kapal perang Angkatan Laut AS yang mengawalnya menembakkan beberapa proyektil tersebut.
China, yang bergantung pada perdagangan lewat laut melalui wilayah tersebut, menyerukan ketenangan. AS berusaha membuat China memberikan tekanan terhadap Iran, karena Beijing masih menjadi pembeli utama minyak Iran yang direstui Barat.
Namun Rusia sejauh ini mengecam AS dan Inggris karena melancarkan serangan yang menargetkan kelompok Houthi, dan juga bertemu dengan kelompok pemberontak tersebut di Moskow dalam beberapa hari terakhir.
Komandan tertinggi Angkatan Laut AS di Timur Tengah mengatakan kepada AP pada hari Senin bahwa serangan Houthi adalah yang terburuk sejak apa yang disebut Perang Tanker pada tahun 1980-an. Puncaknya adalah pertempuran laut satu hari antara Washington dan Teheran dan juga menyaksikan Angkatan Laut AS secara tidak sengaja menembak jatuh sebuah jet penumpang Iran, menewaskan 290 orang pada tahun 1988.
Sementara itu pada hari Sabtu, pihak berwenang melaporkan insiden terpisah di mana sebuah kapal di Laut Arab melaporkan melihat orang-orang bersenjatakan senapan serbu dan granat berpeluncur roket turun dari kapal mereka.
“Pesawat kecil itu mendekat dalam jarak 300 meter,” kata badan Operasi Perdagangan Inggris milik militer Inggris. “Tim keamanan di kapal melepaskan tembakan peringatan dan terjadi baku tembak, kapal kecil itu kemudian mundur.”
Dikatakan bahwa semua penumpang dalam keadaan selamat. Perusahaan keamanan swasta Ambrey menggambarkan insiden itu melibatkan perahu kecil “gaya Somalia” yang dibantu oleh kapal induk yang lebih besar. Ketika serangan Houthi meningkat, dugaan aktivitas bajak laut Somalia juga meningkat. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...