Runyamnya Dunia Pendidikan Kita
SATUHARAPAN.COM – Seorang teman bercerita bagaimana dia kesal kepada karyawannya yang tidak mengerti instruksi-instruksi yang diberikan. Dia bilang: ”Bagaimana kamu lulusan SMP nggak tahu? Pelajaran SMP saja lebih susah dari ini, ujian kamu waktu sekolah dulu gimana?” Lalu karyawannya menjawab: ”Dulu waktu ujian paket B, saya lulus. Tidak perlu belajar, langsung ujian dan jawabannya sudah ada di sampingnya.” Teman saya hanya melongo.
Pengalaman yang sama juga terjadi pada murid saya saat mengikuti ujian paket C. Seseorang mendekatinya dan mengatakan agar dia tidak perlu khawatir karena jawaban akan diberikan pada saat ujian. Murid saya kaget dan melaporkannya kepada saya. Saya katakan bahwa keputusan ada di tangannya: apakah saat semua peserta mendapat jawaban soal, dia bertahan pada pendiriannya atau ikut-ikutan mencontek seperti yang lainnya.
Belum lagi kasus-kasus yang kita lihat di surat kabar setelah UN, pasti ada saja cerita ujian bocor. Banyak orang membahas kurikulum pendidikan terbaik dengan evaluasi skala nasional. Faktanya: ketidakadilan dan ketidakseragaman pendidikan menyebabkan orang berlomba untuk lulus apa pun acaranya.
Kemudian saya bertanya kepada teman saya tadi, apakah dia dahulu akan menerima jika tahu karyawan tersebut hanya lulusan SD? Teman saya menjawab tidak. Agaknya, itulah alasan yang menyebabkan karyawannya berusaha semaksimal mungkin mendapatkan ijazah SMP . Sebab masa depan tergambar dan tergantung pada selembar ijazah. Memang runyam dunia pendidikan kita!
Bagaimana mengatasinya? Mari kita mulai dari keluarga! Sebab keluarga adalah sekolah pertama dan orang tua adalah guru pertama bagi anak. Ijazah tentu penting, tetapi bukan segala-galanya. Orang tua bertanggung jawab menanamkan pemahaman ini dalam diri anak mereka.
editor: ymindrasmoro
email: inspirasi@satuharapan.com
Mensos Tegaskan Tak Ada Bansos untuk Judi Online
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menegaskan tak ada ...