Loading...
EKONOMI
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 18:55 WIB | Selasa, 28 Januari 2014

Rupiah Selasa Sore Menjadi Rp 12.197

Ilustrasi. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Selasa sore bergerak menguat sebesar 20 poin menjadi Rp 12.197 dibanding sebelumnya Rp 12.217 per dolar AS.

Analis Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa pergerakan rupiah masih dibayangi oleh kekhawatiran berlanjutnya kebijakan pengurangan stimulus keuangan bank sentral AS (the Fed).

"Menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 28-29 Januari, pasar masih `wait and see`," kata dia.

Ia menambahkan secara psikologis potensi krisis keuangan dan gejolak politik di negara-negara berkembang seperti di Thailand juga masih membayangi.

Dari dalam negeri, lanjut dia, investor juga masih khawatir dengan tingginya inflasi, defisit neraca transaksi berjalan, dan perlambatan ekonomi Indonesia.

Analis Panin Sekuritas, Purwoko menambahkan mata uang rupiah cukup rentan karena posisi neraca transaksi berjalannya yang masih defisit dan juga ketakutan "tapering" lanjutan oleh the Fed.

Selain itu, menurut dia, "yield" surat utang negara (SUN) tenor lima tahun yang menguat 29,6 bps menjadi 8,263 persen dan 10 tahun menguat 39,5 bps menjadi 9,176 persen merupakan antisipasi dari inflasi Januari yang tinggi dan "tapering" AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa ini (28/1), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp 12.267 dibanding sebelumnya (27/12) di posisi Rp 12.198 per dolar AS.

IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa ditutup di area positif atau menguat 18,87 poin ke posisi 4.341,65 di tengah kekhawatiran pengurangan stimulus Bank Sentral AS (The Fed).

IHSG BEI ditutup naik 18,87 poin atau 0,43 persen ke posisi 4.341,65, sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) menguat 4,85 poin (0,67 persen) ke posisi 727,25.

Analis Panin Sekuritas, Purwoko di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa kenaikan indeks BEI terjadi ditengah kekhawatiran rencana pemotongan stimulus oleh the Fed dan perlambatan pertumbuhan China.

"The Fed akan memulai pertemuan selama dua hari untuk menentukan kebijakan `tapering`. Pertemuan itu adalah meeting terakhir Bernanke sebagai Gubernur the Fed, per 1 Feb Jannet Yellen akan aktif sebagai gubernur yang baru," kata dia.

Ia memperkirakan indeks BEI masih akan bergerak mudah berubah (volatile) dengan kecenderungan melanjutkan penguatan terbatas di kisaran 4.320--4.360 poin pada Rabu (29/1).

Sementara itu, Analis HD Capital, Yuganur Wijanarko menambahkan perlu diwaspadai akan adanya aksi jual kembali pada saham-saham domestik menyusul sentimen yang belum kondusif.

"Bisa diperhatikan beberapa saham yang defensif," kata dia.

Ia mengemukakan bahwa beberapa saham yang dapat diperhatikan BW Plantation (BWPT), Sido Muncul (SIDO), Gajah Tunggal (GJTL), Telekomunikasi Indonesia (TLKM).

Transaksi perdagangan saham di BEI tercatat sebanyak 202.986 kali dengan volume mencapai 4,06 miliar lembar saham senilai Rp 5,13 triliun.

Bursa regional, diantaranya indeks Hang Seng melemah 15,46 poin (0,07 persen) ke posisi 21.960,64, indeks Nikkei turun 25,57 poin (0,17 persen) ke 14.980,16 dan Straits Times menguat 19,98 poin (0,66 persen) ke posisi 3.062,41. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home