Rusia Bantah Susupkan Tentara ke Ukraina
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM - Rusia membantah pihaknya berusaha mengirim pasukan melintasi perbatasan dengan kedok misi kemanusiaan, dan berjanji tidak akan melakukan intervensi sepihak seperti itu.
"Pasukan Rusia tidak berusaha untuk menyusup seperti itu" ke Ukraina, kata Juru bicara Presiden Vladimir Putin, Dmitry Peskov, Sabtu (9/8) seperti dikutip oleh Kantor Berita Interfax.
"Kami mengalami kesulitan memahami mengenai apa yang Ukraina bicarakan," tambahnya.
Ukraina sebelumnya mengatakan pihaknya telah berusaha menghindari konvoi dengan bantuan kontingen pasukan besar dan bersenjata.
"Sebuah konvoi besar bergerak menuju perbatasan Ukraina, didampingi oleh Rusia pasukan dan peralatan militer," kata Valeriy Chaliy, wakil kepala kantor Presiden Petro Poroshenko Jumat malam dalam sebuah wawancara televisi.
"Seharusnya dalam konsultasi dengan Komite Internasional Palang Merah di Ukraina, konvoi kemanusiaan dengan `pasukan penjaga perdamaian` dimaksudkan untuk masuk yang tampaknya dalam rangka untuk memprovokasi konflik skala penuh," tambahnya.
Ketika ditanya oleh wartawan setempat apakah Rusia akan mengirim misi kemanusiaan ke Ukraina secara unilateral, Peskov mengatakan "setidaknya perjanjian kedua pihak diperlukan", menurut kantor berita RIA Novosti.
Barat telah lama memperingatkan bahwa pembangunan tentara Rusia di perbatasan dengan Ukraina timur bisa dilihat Moskow menyerang tetangganya yang bermasalah itu.
Pada Jumat, duta besar AS untuk PBB Samantha Power mengecam proposal Rusia menyiapkan koridor kemanusiaan untuk membantu rakyat di Ukraina timur, yang terjebak dalam pertempuran sengit dan sering dibiarkan tanpa listrik atau air.
"Intervensi sepihak oleh Rusia di wilayah Ukraina, termasuk satu kedok memberikan bantuan kemanusiaan, akan benar-benar tidak dapat diterima dan sangat mengkhawatirkan serta akan dipandang sebagai invasi terhadap Ukraina," kata Power.
Dia menarik paralel dengan krisis 2008 di Ossetia Selatan, ketika Rusia dibenarkan mengirim pasukan ke wilayah Georgia dalam menanggapi penderitaan sipil di sana.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan kepada kantor berita Itar-Tass bahwa komentar Power menunjukkan tingkat "histeria anti-Rusia" di Washington.
"Proposal yang kami miliki bertujuan jelas kemanusiaan, tetapi inisiatif kami dicampakkan dan mereka hanya berbicara tentang bagaimana Rusia diduga akan mencoba untuk menyelinap ke Ukraina dengan kedok bantuan kemanusiaan, sesuatu yang tidak menyenangkan AS," katanya.
Peskov mengatakan Rusia sangat prihatin tentang situasi kemanusiaan di Ukraina timur.
"Bencana ini sekarang topik nomor satu dalam diskusi," katanya seperti dikutip oleh kantor berita RIA Novosti. (AFP)
Nilai Rial Iran Jatuh, Rekor Terendah Akibat Ketegangan Regi...
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM-Rial Iran pada hari Rabu (18/12) turun ke level terendah dalam sejarah, keh...