Rusia Bantu Afghanistan, Tapi Belum Akui Pemerintahan Taliban
China dan Pakistan bergabung dalam pertemuan dengan Taliban, dan akan beri bantuan kemanusiaan.
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Rusia, China dan Pakistan bersedia memberikan bantuan untuk Afghanistan, kata kementerian luar negeri Rusia pada hari Selasa (19/10), tetapi Moskow mengatakan pihaknya belum bersedia untuk mengakui pemerintah Taliban.
Janji bantuan kemanusiaan dan dukungan ekonomi datang setelah pembicaraan antara pejabat Rusia, China dan Pakistan, yang bergabung dengan perwakilan penguasa Islam Afghanistan pada pertemuan di Moskow pada hari Rabu (20/10).
Tetapi Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan Rusia belum memberi pengakuan pada Taliban sambil menunggu mereka memenuhi janji yang mereka buat ketika mereka mengambil alih kekuasaan, termasuk inklusivitas politik dan etnis dari pemerintahan baru.
Para kritikus mengatakan mantan gerakan pemberontak itu mundur dari janji untuk tidak mengesampingkan perempuan dan minoritas, atau menganiaya terhadap musuh.
"Pengakuan resmi terhadap Taliban tidak sedang dibahas untuk saat ini," kata Lavrov kepada wartawan. “Seperti kebanyakan negara berpengaruh lainnya di kawasan ini, kami berhubungan dengan mereka. Kami mendorong mereka untuk memenuhi janji yang mereka buat ketika mereka berkuasa.”
Menunggu Taliban Penuhi Janji
Pada pertengahan Agustus, pemerintah Afghanistan runtuh ketika Amerika Serikat dan sekutunya menarik pasukan setelah 20 tahun, mendorong Taliban untuk merebut kekuasaan dalam serangan kilat.
Rusia, yang melakukan perangnya sendiri yang membawa malapetaka di Afghanistan dari 1979 hingga 1989, mencoba mengambil inisiatif diplomatik untuk menghindari ketidakstabilan di kawasan yang lebih luas yang dapat merusak kepentingannya.
Secara khusus dikhawatirkan bahwakemungkinan militan Islam menyusup ke bekas republik Soviet di Asia Tengah, wilayah yang dilihat Moskow sebagai penyangga pertahanan.
Pejabat Rusia lainnya telah meredam ekspektasi untuk pembicaraan hari Rabu. Amerika Serikat mengatakan tidak akan bergabung dalam putaran pembicaraan ini tetapi berencana untuk melakukannya di masa depan.
Zamir Kabulov, perwakilan khusus Presiden Vladimir Putin di Afghanistan, mengatakan pekan lalu bahwa dia tidak mengharapkan ada terobosan besar dalam pembicaraan tersebut.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menggambarkan mereka sebagai “upaya untuk mengetahui apa yang akan terjadi di Afghanistan ke depan.” (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...