Rusia dan Ukraina Saling Usir Diplomat
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Rusia mengatakan akan mengusir seorang diplomat Ukraina, dan itu mendorong pembalasan oleh Ukraina di tengah meningkatnya ketegangan di mana pasukan Rusia ditempatkan di sisi timur Ukraina.
Rusia menahan seorang konsul Ukraina di kota terbesar kedua Rusia, Saint Petersburg. Ini terjadi ketika muncul kekhawatiran global akan terulangnya agresi Moskow tahun 2014, ketika Rusia mencaplok semenanjung Krimea dan mendukung separatis di timur Ukraina.
Moskow mengklaim diplomat Ukraina itu telah tertangkap basah mencoba mendapatkan informasi sensitif. Dan sebagai tanggapan, kementerian luar negeri Ukraina memprotes penahanan "ilegal" diplomatnya dan mengatakan Kiev akan mengusir seorang diplomat senior Rusia.
Kiev telah memerangi separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur sejak 2014 dan bentrokan meningkat awal tahun ini, secara efektif merusak kesepakatan gencatan senjata pada Juli tahun lalu.
Sekitar 30 tentara Ukraina telah tewas sejak awal tahun, dibandingkan dengan 50 yang tewas pada tahun lalu. Kebanyakan dari mereka adalah korban tembakan oleh penembak jitu.
Rusia juga telah menahan sejumlah warga Ukraina karena dicurigai menjadi mata-mata dalam beberapa tahun terakhir, tetapi penangkapan seorang diplomat jarang terjadi.
"Seorang diplomat Ukraina, konsul Konsulat Jenderal Ukraina di Saint Petersburg, Alexander Sosonyuk, telah ditahan oleh FSB Rusia," kata dinas keamanan dalam sebuah pernyataan, menggunakan nama dia dalam bahasa Rusia.
Dia ditahan pada hari Jumat (16/4), kata dinas keamanan. Kiev mengatakan diplomat itu telah ditahan selama beberapa jam.
Kementerian luar negeri Rusia pada Sabtu mengatakan telah memanggil kuasa hukum Ukraina, Vasyl Pokotylo, dan mengatakan kepadanya bahwa diplomat Ukraina itu diberi waktu 72 jam untuk meninggalkan negara itu "mulai 19 April".
"Pihak Rusia menunjuk pada tidak dapat diterimanya kegiatan semacam itu," kata kementerian luar negeri dalam sebuah pernyataan. Badan intelijen dalam negeri Rusia mengatakan Sosonyuk telah tertangkap basah selama pertemuan dengan seorang warga Rusia saat ia berusaha untuk menerima informasi yang "dirahasiakan".
"Kegiatan seperti itu tidak sesuai dengan status diplomatiknya, dan jelas bersifat permusuhan terhadap Federasi Rusia," kata FSB. "Sesuai dengan hukum internasional, tindakan akan diambil terhadap diplomat asing itu."
Pelanggaran Kasar
Di Kiev, kementerian luar negeri Ukraina mengatakan pihanya memprotes penahanan diplomat dan menolak tuduhan Rusia. Juru bicara kementerian luar negeri, Oleg Nikolenko, mengatakan Rusia telah "secara kasar" melanggar konvensi diplomatik dan berusaha meningkatkan ketegangan.
"Menanggapi provokasi yang disebutkan di atas, seorang diplomat senior kedutaan Rusia di Kiev harus meninggalkan wilayah Ukraina dalam waktu 72 jam mulai 19 April," kata Nikolenko kepada AFP. Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Menghadapi penempatan pasukan Rusia terbesar di perbatasan Ukraina sejak 2014, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, telah meminta lebih banyak bantuan dari Barat, dan para pemimpin Barat telah mendesak Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk berhenti mengintimidasi Ukraina.
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina datang dengan latar belakang perang kata-kata baru antara Moskow dan Washington ketika Presiden AS yang baru, Joe Biden, mencari garis yang lebih keras terhadap Putin.
AS pada hari Kamis (15/4) mengumumkan sanksi dan pengusiran 10 diplomat Rusia sebagai pembalasan atas campur tangan Kremlin pada pemilihan AS, serangan dunia maya besar-besaran, dan aktivitas bermusuhan lainnya.
Rusia mengatakan pada hari Jumat akan mengusir diplomat AS dan memberikan sanksi kepada pejabat AS sebagai tanggapan, sementara merekomendasikan utusan AS meninggalkan Rusia "untuk konsultasi". (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Duta Besar: China Bersedia Menjadi Mitra, Sahabat AS
BEIJING, SATUHARAPAN.COM-China bersedia menjadi mitra dan sahabat Amerika Serikat, kata duta besar C...