Rusia Gunakan Kelaparan sebagai Metode Perang di Mariupol
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Pasukan Rusia sengaja menggunakan kelaparan warga sipil sebagai taktik militer selama 85 hari pengepungan kota Mariupol di Ukraina, kata pakar hukum internasional dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada Kamis (13/6).
Organisasi hak asasi manusia Global Rights Compliance, yang para ahlinya juga membantu Jaksa Agung Ukraina, mengatakan pasukan Rusia “secara sistematis menyerang objek-objek yang sangat penting bagi kelangsungan hidup penduduk sipil” seperti makanan, air, energi dan akses terhadap layanan kesehatan.
Pada saat yang sama tentara memutus jalur evakuasi dan menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan, tambahnya.
Kementerian Luar Negeri Rusia tidak segera menanggapi permintaan komentar tertulis mengenai hari libur nasional tersebut. Moskow selalu membantah pasukannya menargetkan warga sipil di Ukraina.
Mariupol menjadi buah bibir karena kengerian selama hampir tiga bulan pengepungan oleh pasukan Rusia untuk menguasai kota pelabuhan strategis tersebut antara bulan Maret dan Mei 2022, dengan warga sipil yang terjebak dan terpaksa menguburkan korban tewas mereka di pinggir jalan.
Membuat warga sipil kelaparan “dengan merampas benda-benda yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup mereka” sebagai taktik militer didefinisikan sebagai kejahatan perang berdasarkan Statuta Roma yang ditetapkan oleh Mahkamah Pidana Internasional.
Dalam definisi tersebut kelaparan bukan hanya tentang makanan, Olha Matskiv, penasihat hukum GRC asal Ukraina, mengatakan kepada Reuters.
“Ini (tentang) segala sesuatu yang dibutuhkan seseorang untuk bertahan hidup,” jelasnya, sambil mengatakan bahwa pemanasan, air dan ketersediaan layanan kesehatan juga dapat menjadi objek yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup.
Untuk laporan mereka, para ahli hukum GRC bekerja dengan spesialis intelijen pertahanan dan penyelidik sumber terbuka untuk menganalisis citra satelit dan gambar serta laporan dari saksi mata dan pejabat selama pengepungan Mariupol.
Menurut Matskiv, laporan tersebut menunjukkan bahwa selain korban akibat pertempuran sengit, lebih banyak lagi orang di Mariupol yang tewas karena kekurangan makanan, air atau pemanas setelah pasukan Rusia menyerang titik distribusi makanan, infrastruktur energi, instalasi pasokan air dan fasilitas medis.
“Kami menemukan beberapa kasus mengerikan di mana orang lanjut usia meninggal di apartemen mereka sendiri karena kekurangan air atau karena kedinginan, karena (tidak ada) pemanas di dalam Mariupol,” katanya.
Yuriy Belousov, kepala unit kejahatan perang di Kantor Kejaksaan Agung Ukraina, mengatakan dalam pernyataannya bahwa insiden dalam laporan Mariupol adalah bagian dari berkas kasus penuntutan nasional saat ini.
ICC mempunyai yurisdiksi atas kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida jika dilakukan di wilayah Ukraina. Pengadilan sejauh ini telah mengeluarkan empat surat perintah penangkapan terkait Ukraina termasuk terhadap presiden Rusia Vladimir Putin atas deportasi anak-anak Ukraina. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...