Loading...
EKONOMI
Penulis: Sabar Subekti 06:46 WIB | Rabu, 18 Desember 2013

Rusia Jual Gas Murah ke Ukraina dan Beri Pinjaman Rp 180 Triliun

Presiden Ukraina, Viktor Yakunovych dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam pertemuan hari Selasa (17/12) di Moskow. Kedua negara menandatangani 14 kerja sama di berbagai bidang. (Foto: ria.ru)

MOSKOW, SATUHARAPAN.COM -   Rusia pada hari Selasa (17/12) memutuskan menuruinkan secara tajam harga gas alam untuk Ukraina dan memberikan  negara tetangga itu paket pinjaman miliaran dolar. Hal ini merupakan langkah membantu pemerintah Ukraina untuk mengakhiri protes jalanan yang sedang berlangsung.

Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengumumkan pada pertemuan dengan Presiden  Ukraina Viktor Yakunovych di Moskow bahwa Rusia akan menjual gas ke perusahaan energi  Ukraina, Naftogaz,  dengan harga US$ 268,5 per 1.000 meter kubik. Harga ini jauh di bawah harga saat ini yang mencapai lebih dari US$ 400. Namun Putin mengatakan, bagaimanapun, harga ini hanya untuk sementara waktu.

"Kami percaya ini adalah keputusan sementara, di mana hal ini berarti bahwa perjanjian jangka panjang harus dan akan ditandatangani.  Hal ini menyangkut pasokan gas ke Ukraina dan mengamankan pengiriman kepada konsumen kami di Eropa yang terganggu," kata Putin setelah pertemuan itu.

Rusia juga akan akan membeli obligasi nasional Ukraina senilai US$ 15 miliar (setara Rp 180 triliun), kata Putin. Hal itu sangat dibutuhkan untuk Ukraina dalam mengatasi masalah likuiditas, yang saat ini penting untuk menghadapi keseimbangan pembayaran yang berada pada kondisi krisis.

"Ini akan menjadi bagian Eurobonds mereka tahun ini, dan aka nada juga tahun depan. Bagian terkecil, dan  secara alami untuk tahun ini," kata Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov.

Pada awal pertemuan antara pemimpin Rusia dan Ukraina, Putin mengatakan, dia berharap untuk mencapai terobosan dalam isu-isu sensitif bagi kedua belah pihak , dan menggambarkan Ukraina sebagai mitra strategis Rusia.

Perdagangan Turun

Putin menyesalkan bahwa perdagangan bilateral  kedua negara turun 14,5 persen selama dua tahun terakhir dan mengatakan  perlunya tindakan tegas untuk memulihkan kesehatan hubungan ekonomi.


Keputusan  yang  dicapai  hariSelasa menandai pemulihan penting  atas hubungan antara Ukraina dan Rusia. Hubungan itu menjadi  tegang ketika Kiev  berniat mencari hubungan ekonomi lebih erat dengan Uni Eropa.

Meskipun Putin terus mengatakan  bahwa tidak ada tekanan terhadap Ukraina, pejabat Kremlin telah secara terbuka mengancam Ukraina bahwa setiap kesepakatan perdagangan Uni Eropa akan membawa konsekuensi  embargo perdagangan.

Awal tahun ini, Rusia menggertak Ukraina dengan larangan impor pada produk-produk utama untuk pembuatan permen dari Ukraina, padahal industry ini menyediakan pekerjaan bagi ribuan orang.

Perusahaan energy raksasa milik negara Rusia, Gazprom, masih memiliki tagihan lebih dari US$ 2 miliar (setara Rp 24 triliun) untuk gas alam yang harus dibayar Ukraina. Hal itu bisa menjadi pendorong perusahaan tersebut menuntut uang muka untuk pembayaran gas pada tahun depan.

Ukraina membuat Uni Eropa terkejut  bulan lalu dengan mengumumkan menunda  penandatanganan perjanjian kerja sama ekonomi asosiasi dengan Uni Eropa, dan sebaliknya mendukung hubungan dengan Moskow dalam  blok perdagangan  Customs Union (Serikat Pabean).

Keputusdan pemerintah Ukraina itu mengundang ratusan ribu rakyat turun ke jalan-jalan di ibu kota Kiev memprotes keputusan itu. Lebih dari sebulan aksi protes digelar dimotori oleh oposisi dan menimbulkan ketegangan politik.

Skeptis

Pihak kekuatan oposisi di Ukraina menanggapi keputusan kerja sama dengan Moskow ini lebih hati-hati dan skeptis. "Kita perlu mengerti apa yang akan diberikan Presiden Ukraina kepada Moskow sebagai gantinya untuk bantuan ini. Saya tidak percaya pada altruisme dari Rusia atau negara lain," kata Sergei Sobolev, Wakil Ketua oposisi  dari Partai Batkyvshchina (Tanah Air).

Namun dalam pertemuan hari Selasa pimpinan kedua negara  berusaha dihindari isu-isu sensitif, terutama kemungkinan Ukraina bergabung dengan Serikat Pabean dan membatalkan kesepakatan  dengan Uni Eropa.

Putin dan Yanukovych juga setuju untuk mengkoordinasikan tindakan dalam kebijakan luar negeri, termasuk isu-isu strategis tentang stabilitas dan keamanan di Eropa, dan menghadapi tantangan global yang baru.

Secara keseluruhan, kedua pemimpin menandatangani 14 perjanjian kerja sama di bnerbagai bidang, termasuk rekayasa pesawat dan galangan kapal untuk pertahanan, perdagangan dan ruang angkasa. (ria.ru)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home