Rusia Klaim Rebut Lebih Banyak Wilayah di Kota Bakhmut, Ukraina
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian pertahanan Rusia pada hari Minggu (23/4) mengatakan pasukannya telah merebut lebih banyak wilayah di Bakhmut saat mereka mengejar upaya mereka untuk merebut kendali penuh atas kota tersebut.
Pertempuran untuk Bakhmut telah berubah menjadi salah satu yang paling berdarah dari perang selama 14 bulan, dengan kota Ukraina Timur hampir hancur total oleh tembakan artileri dan pertempuran perkotaan.
Rusia mengatakan merebut Bakhmut akan memungkinkannya melakukan serangan lebih lanjut ke Ukraina timur. Jika mereka berhasil, pasukan Moskow kemungkinan besar akan menghadapi pertempuran perkotaan yang lebih besar untuk kota terdekat Kramatorsk dan Sloviansk.
Kementerian pertahanan Rusia pada hari Minggu (23/4) mengatakan pasukan mengamankan dua blok lagi di distrik barat Bakhmut dan unit lintas udara memberikan bala bantuan ke utara dan selatan.
Yevgeny Prigozhin, kepala pasukan tentara bayaran kelompok Wagner yang memimpin penyerangan di kota tersebut, mengklaim bahwa pasukannya menguasai 80 persen Bakhmut. Kiev berulang kali membantah klaim bahwa pasukannya siap untuk mundur. Reuters tidak dapat memverifikasi laporan medan perang.
Juga pada hari Minggu, kepala wilayah Kherson selatan Ukraina yang dilantik oleh Rusia membantah laporan oleh sebuah think tank Amerika Serikat bahwa pasukan Ukraina telah mengambil posisi di tepi timur sungai Dnipro.
"Tidak ada pijakan musuh di tepi kiri (timur) sungai Dnipro ... militer kami sepenuhnya mengendalikan wilayah itu," tulis Vladimir Saldo di saluran Telegramnya. “Mungkin ada kasus kelompok sabotase musuh melakukan pendaratan untuk berswafoto, sebelum dihancurkan atau didorong ke dalam air oleh pejuang kami.”
Mengutip blogger militer Rusia yang terlibat dalam pasukan Moskow, Institute for the Study of War mengatakan Ukraina telah "menetapkan posisi" di tepi timur, meskipun tidak jelas "pada skala apa atau dengan niat apa."
Seorang juru bicara komando selatan Ukraina tidak mengkonfirmasi atau membantah laporan tersebut dan menyerukan "keheningan informasi" untuk memastikan keamanan operasional.
“Saya ingin semua orang memahami bahwa sangat sulit untuk melewati rintangan seperti Dnipro, misalnya, ketika garis depan membentang di sepanjang sungai yang begitu lebar dan kuat,” kata Natalia Humeniuk kepada televisi Ukraina. “Penting untuk mengumpulkan kesabaran,” tambahnya.
Rusia menarik pasukannya dari tepi barat sungai tahun lalu sebagai bagian dari serangkaian penarikan yang pada saat itu menandakan pergeseran momentum konflik yang menguntungkan Kiev. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...