Rusia Masih Gunakan “Mata Uang Beracun” dalam Perdagangan
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Rusia masih melakukan hampir setengah dari semua perdagangan akhir tahun lalu dalam mata uang musuh-musuhnya yang memberlakukan sanksi atas invasi Kremlin ke Ukraina, bahkan ketika yuan dan rubel membuat terobosan dalam penyelesaian transaksi.
Pembayaran untuk ekspor menggunakan apa yang disebut Bank Rusia sebagai “mata uang beracun”, terutama dolar AS dan euro, menyumbang 48 persen dari total pada akhir tahun 2022, turun dari 87 persen pada awal tahun.
Pangsa yuan meningkat menjadi 16 persen, dari sekitar 0,5 persen, dan rubel mencapai 34 persen, atau hampir tiga kali lipat levelnya dari sebelumnya, menurut sebuah laporan oleh bank sentral menunjukkan pada hari Kamis (9/3).
Penghitungan tersebut memberikan gambaran rinci tentang apa yang bank sentral gambarkan sebagai “transformasi struktural luas ekonomi Rusia.”
Sementara tingkat perdagangan yang dilakukan dengan menggunakan mata uang negara-negara yang tidak bersahabat telah menurun tajam, Bank Rusia mengatakan bagian mereka masih "signifikan".
Sanksi tersebut merampas akses bank sentral ke sekitar setengah dari cadangan internasionalnya, membuatnya hanya memiliki emas dan yuan. Sebelum perang, Bank Rusia telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengurangi eksposur terhadap dolar.
Langkah-langkah tersebut berusaha untuk mengisolasi Rusia dari pasar keuangan internasional dan menyebabkan eksodus investor asing dari negara tersebut. Sebagai tanggapan, bank sentral berupaya mencegah bisnis menggunakan "dolar dan euro beracun".
Dalam laporan risiko pasar keuangan pada hari Kamis, bank sentral mengatakan bahwa dengan pengecualian yuan, mata uang "negara sahabat" lainnya masih jarang digunakan dan hanya mewakili dua persen dari pembayaran ekspor.
Namun, mundurnya “mata uang beracun” mengambil momentum di bagian ekonomi lainnya. Dalam perdagangan di Bursa Moskow, volume dolar-rubel bulan lalu hanya menyumbang 36 persen dari total omset, tingkat terendah dalam beberapa tahun, menurut bank sentral.
Mengenai impor, “mata uang beracun menyumbang 46 persen pada Desember 2022, turun dari 65 persen pada Januari tahun itu. Pangsa yuan naik dari empat persen menjadi 23 persen.
Penghapusan euro secara bertahap, yang sebagian besar terjadi pada paruh pertama tahun 2022, berarti perbedaan antara ekspor dan impor yang dibayarkan dalam mata uang Eropa menjadi negatif, menurut bank sentral. (Bloomberg)
Editor : Sabar Subekti
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...