Rusia Minta Semua Sandera di Gaza Dibebaskan
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Mikhail Bogdanov, menuntut pembebasan sandera yang ditahan di Gaza melalui pembicaraaan telepon pada hari Minggu (10/12) dan Senin (11/12) dengan Hamas dan faksi Palestina lainnya, kata kementerian luar negeri Rusia.
Pernyataan tersebut menyusul serangkaian pertemuan dan pembicaraan telepon antara Presiden Vladimir Putin dan para pemimpin Timur Tengah dalam sepekan terakhir.
Kementerian tersebut mengatakan percakapan Bogdanov menyoroti situasi militer dan kemanusiaan di Gaza, di mana Rusia “menegaskan posisi prinsipnya mengenai perlunya menghentikan permusuhan dan segera menyelesaikan semua masalah kemanusiaan yang muncul, termasuk pembebasan sandera.”
Pernyataan itu tidak menjelaskan apakah Rusia mengupayakan pembebasan semua sandera yang ditangkap oleh Hamas selama serangan mereka pada 7 Oktober di Israel selatan atau hanya pembebasan warga negara Rusia di antara mereka.
Menteri tersebut berbicara dengan tokoh-tokoh senior di Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Uni Demokratik Palestina, Front Populer untuk Pembebasan Palestina, dan Hamas.
Bogdanov menekankan perlunya memulihkan persatuan Palestina “dalam kerangka PLO” dan menegaskan kembali dukungan Moskow terhadap negara Palestina untuk hidup berdampingan dengan Israel, kata pernyataan itu.
Rusia pada hari Minggu (10/12) menyerukan misi pemantauan internasional untuk pergi ke Gaza untuk menilai situasi kemanusiaan.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan Moskow mengecam keras serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, namun Israel tidak dapat menerima alasan tersebut sebagai pembenaran atas “hukuman kolektif terhadap jutaan rakyat Palestina dengan penembakan tanpa pandang bulu.”
Para analis mengatakan perang Gaza terbukti bermanfaat bagi Rusia karena mengalihkan perhatian dunia dari perang di Ukraina dan mempersulit Kiev untuk bersaing mendapatkan perhatian dan bantuan militer Washington.
Putin juga menggunakan kesempatan ini untuk mengkritik kegagalan diplomasi Amerika Serikat di Timur Tengah dan meningkatkan profil Rusia sebagai pemain regional yang memiliki hubungan dengan semua aktor utama.
Putin telah meningkatkan kontaknya dalam sepekan terakhir, meskipun tujuan dari kesibukan diplomatiknya belum jelas.
Dia berbicara dengan Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, pada hari Sabtu (9/12) dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada hari Minggu (10/12), setelah pekan lalu bertemu dengan para pemimpin Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Iran.
Sementara itu, Iran menyebutkan bahwa satu-satunya kesamaan antara Iran dan Israel adalah keduanya tidak percaya pada solusi dua negara. Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian, mengatakan itu pada hari Senin (11/12) melalui terjemahan di forum internasional di Doha.
Dalam forum tersebut, Amir-Abdollahian menegaskan kembali usulan Iran agar referendum diadakan untuk menentukan nasib Palestina, dan hanya keturunan dari mereka yang tinggal di sana sebelum tahun 1948 yang diizinkan untuk memilih.
Sebagian besar negara secara terbuka mendukung pembentukan negara Palestina yang terpisah bersama Israel. Kritiknya terhadap kebijakan Israel mengatakan tindakan mereka dimaksudkan untuk membuat hal ini menjadi mustahil.
Editor : Sabar Subekti
Duta Besar: China Bersedia Menjadi Mitra, Sahabat AS
BEIJING, SATUHARAPAN.COM-China bersedia menjadi mitra dan sahabat Amerika Serikat, kata duta besar C...