Rusia Segera Tanggapi Tuduhan Doping
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM – Rusia menolak tuduhan adanya praktik doping dan korupsi yang luas dalam olah raga negeri itu, dan berjanji respon dengan cepat untuk menghindari dibatalkannya keikutsertaan dalam Olimpiade 2016 di Brasil. Skandal terbesar dalam doping ini juga mengancam meluas melampaui batas negara Rusia dan cabang atletik.
"Sampai semua bukti diajukan, sulit untuk menerima tuduhan sebagaimana yang tampakkurang berdasar," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Sementara itu, laboratorium anti-doping Moskow juga digugurkan akreditasinya oleh Badan Anti-Doping Dunia (World Anti-Doping Agency / WADA) terhitung sejak keluarnya laporan yang memberatkan oleh komisi independen WADA.
Dunia atletik Rusia diguncang oleh tuduhan doping itu yang juga ditengarai "disponsori negara" yang disebutkan dalam laporan WADA yang diterbitkan pada hari Senin (9/11).
Presiden Federasi Asosiasi Atletik Internasional (IAAF), Sebastian Coe, telah memberikan batas waktu kepada Federassi Atletik Rusia (ARAF) "sampai akhir pekan" untuk menanggapi laporan itu atau menanggung risiko yang mungkin dijatuhkan berupa penangguhan.
Respons Secepatnya
Meskipun reaksi Kremlin terkesan meremehkan, ARAF meyakinkan Coe bahwa pihaknya akan menghubungi IAAF "dalam waktu dekat" menjelaskan program anti-doping dan memberi reaksi terhadap penjelasan dan kesimpulan dalam laporan WADA.
Laporan itu menyerukan Rusia, negara dengan perolehan mendali pada urutan keempat pada Olimpiade London tahun 2012, kemungkinan akan dilarang ikut Olimpiade tahun depan di Brasil.
Kepala Atletik Inggris, Ed Warner, mengatakan kepada BBC bahwa Lord Coemengatakan bahwa Dewan IAAF akan mengadakan pertemuan pada hari Jumat atau Sabtu untuk mempertimbangkan sanksi terhadap Rusia dan mungkin menangguhkan mereka. ‘’Saran saya kuat: Anda benar-benar harus melakukan itu," kata dia.
Pandangan serupa juga disuarakan oleh Komite Olimpiade Nasional Australia. "Kami akan sangat mendukung Rusia tidak diizinkan untuk bersaing di Rio (de Janeiro) jika federasi mereka tidak memenuhi kode WADA," Ketua misi tim Australia untuk Olimpiade 2016, Kitty Chiller, di Sydney.
"Jika Rusia tidak di Rio, saya pikir reputasi atletik akan meningkat, karena masyarakat akan tahu setiap atlet yang bersaing bersih dan bersaing dalam semangat sejati dari Olimpiade," kata dia.
Krisis doping ini melanda dunia olah raga di tengah skandal panas korupsi di tubuh ortganisasi sepak bola dunia (FIFA). Namun ada kemungkinan skandal doping ini tidak hanya terbatas Rusia dan atletik Rusia.
Keterlibatan Negara
Menurut beberapa pakar anti-doping, risiko penyalahgunaan ini terutama tinggi di negara-negara dengan penguasa yang kuat. "Penipuan seperti ini hanya dapat dilakukan negara dengan keterlibatan dinas rahasia," kata seorang pakar yang ingin tetap anonim kepada AFP.
Dia mengangkat kasus Tiongkok yang mengingat bahwa dalam Olimpiade Beijing 2008, reporter Jerman berpenampilan sebagai pelatih renang dalam menemukan cara-cara untuk meningkatkan kinerja (doping). "Dia tidak perlu menunggu lama sebelum perantara yang menawarkan dia kit manipulasi genetik dengan bayaran 30.000 euro."
Dokumen lembaga penyiaran Jerman, ARD, mengklaim bahwa sepertiga dari 146 peraih medali dunia dan Olimpiade pada kurun 2001 dan Olimpiade London 2012, menunjukkan 18 atletik Kenya yang menodai dengan kecurigaan doping.
Dan dari 5.000 atlet dari berbagai negara yang diuji selama periode itu, 800 kembali dengan sampel tersangka pengguna doping, menurut ARD.
Larangan Seumur Hidup
Mantan atlet Rusia yang ikut membuka menggunakan doping (whistleblower), Yulia Stepanova mengatakan kepada ARD dalam komentar yang disertakan dalam laporan WADA. Dia mengatakan, "Ada perenang, pelatih dan atlet dari olahraga lain, juga pemain ski jarak jauh ..."
Di antara rekomendasi yang disampaikan dalam laporan WADA, lima atlet Rusia, peraih medali emas lari 800 meter putri Olimpiade, Mariya Savinova, untuk dilarangan seumur hidup.
Menteri Olahraga Rusia membela negaranya, dan mengatakan telah melakukan segala sesuatu yang diminta oleh organisasi-organisasi internasional.
"Kami menginvestasikan dana yang besar untuk gedung laboratorium. Kami melakukan segalanya yang direkomendasikan kepada kami ... Kami membayar satu juta dolar setiap tahun untuk WADA ... Saya tidak mengerti, apa lagi yang perlu kami lakukan agar seseorang mengatakan bahwa kami mematuhi?" kata Vitaly Mutko kepada televisi negara.
Bertentangan dengan beberapa harapan, laporan Richard Pound tidak menyinggung tuduhan pada pejabat IAAF menerima suap untuk menutupi hasil tes positif pada atlet, termasuk potensi pada pemenang medali Olimpiade pada masa lalu.
Mantan Presiden IAAF, Lamine Diack, berada di antara tiga pejabat yang pada pekan lalu diserang dengan tuduhan korupsi.
Namun Pound mengatakan bahwa bukti lebih lanjut tentang pelanggaran itu termasuk mengenai kalangan individu dalam IAAF yang berpotensi "nakal." Hal itu diharapkan disampaikan pada akhir tahun.
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...