Rusia Serang Fasilitas Penyedia Listrik dan Air Ukraina
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Sebuah serangan rudal Rusia merusak fasilitas energi utama di wilayah ibu kota Ukraina, Kiev, kata operator sistem tenaga negara itu hari Sabtu (15/10) ketika militer Rusia berusaha untuk menghancurkan fasilitas penyediaan air dan listrik di daerah berpenduduk.
Gubernur wilayah Kiev, Oleksiy Kuleba, mengatakan serangan itu tidak membunuh atau melukai siapa pun.
Perusahaan transmisi listrik Ukrenergo mengatakan kru perbaikan sedang bekerja untuk memulihkan listrik tetapi memperingatkan penduduk tentang kemungkinan pemadaman.
Kyrylo Tymoshenko, wakil kepala kantor kepresidenan Ukraina, mendesak penduduk wilayah Kiev dan orang-orang di tiga wilayah tetangga untuk mengurangi konsumsi energi mereka selama jam-jam malam dengan permintaan puncak.
Setelah ledakan bom truk sepekan yang lalu yang merusak jembatan yang menghubungkan Rusia ke Semenanjung Krimea yang dicaplok, Kremlin meluncurkan apa yang diyakini sebagai serangan rudal terkoordinasi terbesarnya sejak invasi awal ke Ukraina.
Serangan balasan yang meluas pekan ini menghantam bangunan tempat tinggal, menewaskan puluhan orang, serta infrastruktur sipil seperti pembangkit listrik di dekat Kiev dan kota-kota lain yang jauh dari garis depan perang.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan pada hari Jumat bahwa Moskow tidak melihat perlunya serangan besar-besaran tambahan tetapi militernya akan melanjutkan serangan selektif. Dia mengatakan dari 29 target yang direncanakan militer Rusia untuk dihancurkan dalam serangan pekan ini, tujuh tidak rusak dan akan dihancurkan secara bertahap.
Institute for the Study of War, sebuah lembaga think tank yang berbasis di Washington, menafsirkan pernyataan Putin dimaksudkan untuk melawan kritik dari para blogger Rusia pro perang yang “sebagian besar memuji dimulainya kembali serangan terhadap kota-kota Ukraina, tetapi memperingatkan bahwa serangan singkat tidak akan efektif. ”
“Putin tahu dia tidak akan mampu mempertahankan serangan rudal berintensitas tinggi untuk waktu yang lama karena berkurangnya persenjataan rudal presisi tinggi,” kata lembaga think tank itu.
Wilayah Ukraina selatan yang ditetapkan secara ilegal oleh Putin sebagai wilayah Rusia bulan lalu tetap menjadi fokus pertempuran hingga hari Sabtu.
Kirill Stremousov, wakil kepala administrasi Moskow yang ditempatkan di wilayah Kherson yang sebagian besar diduduki Rusia, mengingatkan penduduk bahwa mereka dapat mengungsi ke Krimea dan kota-kota di Rusia barat daya ketika pasukan Ukraina mencoba bertempur menuju ibu kota regional.
Setelah para pemimpin yang didukung Kremlin di kawasan itu meminta warga sipil pada hai Kamis untuk mengungsi untuk memastikan keselamatan mereka dan untuk memberi pasukan Rusia lebih banyak kemampuan manuver, Moskow menawarkan akomodasi gratis kepada penduduk yang setuju untuk pergi.
Pasukan Ukraina berusaha untuk maju ke selatan di sepanjang tepi Sungai Dnieper, tetapi belum berhasil mendapatkan tempat, menurut Stremousov. “Garis pertahanan berfungsi, dan situasinya tetap di bawah kendali penuh tentara Rusia,” tulisnya di saluran aplikasi perpesanannya.
Di wilayah tetangga Zaporizhzhia, Gubernur Oleksandr Starukh mengatakan militer Rusia melakukan serangan dengan drone kamikaze buatan Iran dan rudal S-300. Beberapa ahli mengatakan penggunaan rudal jarak jauh oleh militer Rusia mungkin mencerminkan kekurangan senjata presisi khusus untuk mencapai target darat.
Di utara dan timur Kherson, penembakan Rusia menewaskan dua warga sipil di wilayah Dnipropetrovsk, kata Gubernur Valentyn Resnichenko. Dia mengatakan penembakan kota Nikopol, yang terletak di seberang Dnieper dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia yang diduduki Rusia, merusak selusin bangunan tempat tinggal, beberapa toko dan fasilitas transportasi. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...