Rusia Tidak Ingin Berencana Kembali Bergabung dengan G7
Jerman menolak Rusia bergabung kembali, karena masalah Ukraina Timur dan Crimea.
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Rusia tidak memiliki rencana untuk bergabung kembali dengan Kelompok Tujuh (G7) mengingat kepuasannya dengan Kelompok 20 (G20), kata Kremlin, hari Senin (27/7).
"G20 mungkin lebih baik dalam memenuhi realitas ekonomi modern dari sudut pandang pusat-pusat pembangunan ekonomi di dunia," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov kepada wartawan, dikutip Xinhua.
Menurut Peskov, G7 tidak memiliki signifikansi global karena tidak termasuk China, India, Brasil, Turki dan negara-negara lain.
Rusia adalah bagian dari Kelompok Delapan (G8) bersama Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang dan Amerika Serikat, tetapi keanggotaannya dihentikan atas aneksasi Crimea pada tahun 2014.
Jerman Menolak
Jerman menolak proposal oleh Presiden AS, Donald Trump, untuk mengundang Presiden Rusia, Vladimir Putin, kembali ke Kelompok Tujuh (G7) ekonomi paling maju, kata Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, dalam sebuah wawancara surat kabar yang diterbitkan pada hari Senin.
Trump bulan lalu ingin memperluas G7 agar melibatkan lagi Rusia, yang telah diusir pada tahun 2014 menyusul aneksasi Moskow atas wilayah Crimea dari Ukraina. Tetapi Maas mengatakan kepada Rheinische Post bahwa dia tidak melihat peluang untuk membiarkan Rusia kembali ke G7 selama tidak ada kemajuan berarti dalam menyelesaikan konflik di Crimea dan juga di Ukraina timur.
Rusia sendiri dapat memberikan kontribusi terbesar untuk menjadi bagian dari format G7 lagi dengan berkontribusi pada solusi damai dalam konflik Ukraina, kata Maas.
Rusia masih menjadi bagian dari G20, pengelompokan yang lebih luas termasuk pasar ekonomi yang berkembang.
"G7 dan G20 adalah dua format terkoordinasi yang masuk akal. Kita tidak perlu G11 atau G12 lagi," kata Maas mengacu pada proposal Trump untuk mengundang tidak hanya Rusia, tetapi negara-negara lain ke pertemuan G7.
Maas menggambarkan hubungan dengan Rusia sebagai "saat ini sulit" di banyak bidang. "Tetapi kita juga tahu bahwa kita membutuhkan Rusia untuk menyelesaikan konflik seperti di Suriah, Libya dan Ukraina. Itu tidak akan berhasil dengan melawan Rusia, tetapi hanya dengan Rusia."
Jerman, yang mengambil alih kepresidenan bergilir enam bulan Uni Eropa pada 1 Juli, telah mengambil peran sebagai penengah dalam konflik di Libya dan juga di Ukraina. "Tetapi Rusia juga harus membuat kontribusinya, yang sangat lambat di Ukraina," kata Maas.
Editor : Sabar Subekti
Lebanon Usir Pulang 70 Perwira dan Tentara ke Suriah
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Lebanon mengusir sekitar 70 perwira dan tentara Suriah pada hari Sabtu (27/1...