Saat Santai, Pesenam Putri AS Dengar Lagu Rohani
SATUHARAPAN.COM – Aktivitas olahraga tidak selalu bermakna kegiatan yang menguras tenaga fisik dan bukan kegiatan yang mengasyikkan. Olahraga dapat menjadi sebuah aktivitas yang menyenangkan bagi seseorang, apalagi atlet, bila diselingi dengan musik. Hal tersebut kira-kira yang dialami pesenam putri Amerika Serikat, Gabrielle Douglas.
Seperti diberitakan Christian Post beberapa hari lalu, pesenam kulit hitam AS pertama yang mampu meraih medali emas di Olimpiade London pada 2012 tersebut sering mendengarkan lagu-lagu rohani Kristen di saat senggang atau jeda latihan.
Sebelum keberangkatannya ke Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil dia berbagi kehidupan imannya dengan banyak orang. Douglas menyebutkan beberapa lagu rohani Kristen dalam playlist (daftar musik) kesukannya. Salah satu kelompok musik rohani Kristen, Veridia, dalam akun twitternya mengucapkan terima kasih ke Douglas karena pesenam berusia 20 tahun itu menyukai salah satu tembang milik kelompok musik Kristen tersebut yang berjudul “We Are The Brave”.
Selain Veridia, Douglas juga menggandrungi beberapa kelompok musik Kristen lainnya seperti Hillsong Young and Free, Israel and New Breed, Flame, For King and Country, Colton Dixon, Building 429 dan Everfound.
Beratnya Perjuangan Hidup
Douglas menulis buku pertamanya berjudul Grace, Gold dan Glory dalam buku tersebut dia mengisahkan beratnya kehidupan yang dia jalani, namun keimanan kepada Yesus Kristus menghantarkannya kepada medali emas yang membawa harum nama Negeri Paman Sam.
Semangat pesenam kelahiran 1995 ini patut diacungi jempol karena dia berasal dari keluarga tunawisma di Virginia.
Setahun setelah dia lahir keluarganya tidak memiliki tempat dan tinggal di sebuah mobil van selama hampir setahun setelah ia lahir.
Tak lama kemudian, ayah dan ibu Douglas bercerai dan ibunya membesarkan Douglas dan tiga saudaranya sendiri.
Di saat awal bergabung di tempat senam, Douglas mengaku dia kadang kala dihina oleh pelatihnya dengan hinaan berbau rasial yakni menyuruh Douglas mencari kegiatan lain sebagai budak. Douglas tidak patah semangat dan tetap giat berlatih walau ibunya mengalami kesulitan keuangan.
Saat dia berlatih senam dan belum menjadi andalan Amerika Serikat dia sempat cedera dan di saat bersamaan keluarganya harus pindah ke negara bagian Iowa dari negara bagian Virginia.
Walau keadaan sulit, namun dia tetap sabar, dan mengingat kuasa Tuhan. “Karena Tuhan memberi saya bakat dan saya dapat berbagi keimanan sehingga dapat memotivasi semua orang,” kata dia.
Douglas berjanji setiap raihan medali emas tidak membuatnya menjadi pribadi yang takabur dan dia akan selalu mengingat kuasa Tuhan Yesus dalam kehidupan sehari-hari, karena dia menganggap Tuhan yang membangunkan dia setiap pagi, Tuhan juga yang memberinya kesehatan sehingga dapat berlatih.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...