SAE Nababan: Keadilan Istilah Sentral dalam Alkitab
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pendeta Soritua Albert Ernst (SAE) Nababan menilai Gereja sebagai bagian dari masyarakat haruslah mengutamakan pronsip keadilan dalam melihat dan menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat, karena keadilan merupakan istilah rohani yang utama dalam Alkitab.
“Keadilan itu adalah isitilah rohani. Kau masuk sorga hanya karena kau terlibat keadilan. Kita tidak terlibat maka tidak masuk surga,” kata SAE Nababan dalam diskusi bertajuk “Ekonomi Kehidupan” pada Kamis (25/6) di Aula Sinar Kasih, Jakarta Timur.
Menurut mantan Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (Sekum PGI) itu, panggilan untuk mengusahakan, mencari, dan menegakkan keadilan perlu lebih nyaring disuarakan pada waktu kini.
“Alasannya, keadilan adalah istilah yang sentral dalam Alkitab,” kata Nababan.
Kemudian Nababan mengutip Nabi Yesaya dan Amos yang mengingatkan betapa ketidakadilan dalam masyarakat mempertanyakan kegunaan ibadah. Menurut Nababan, ada hubungan antara kebaktian dengan keadilan dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat.
“Yesaya mencela dengan sangat keras, bahwa ibadah yang bertele-tele dan aneka – ‘untuk apa itu?’ – korban tidak mempunyai makna, bila orang-orang yang beribadah itu tidak peduli terhadap ketidakadilan dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat,” kata dia.
Selanjutnya Nababan mengutip Nabi Amos yang melihat kenyataan dalam kehidupan sehari-hari penuh ketidak-adilan, kejahatan dan korupsi.
“Orang-orang lemah diinjak-injak dan dipungut pajak, menjadikan orang benar terjepit, menerima suap, meminggirkan orang-orang miskin, dan pada waktu yang sama sibuk mengurus seremoni dan ritus agama,” katanya.
Nababan menegaskan, panggilan untuk mengusahakan keadilan adalah bagian integral dari panggilan untuk memberitakan Injil Yesus Kristus.
“Karena Injil yang utuh adalah berita kesukaan mengenai pertobatan dan pembaruan yang tersedia bagi manusia (Mrk 1:15) serta kebebasan, keadilan, kebenaran, dan kesejahteraan yang dikehendaki Tuhan untuk dunia (Luk 4:18-21),” kata dia.
“Dan panggilan ini ditujukan kepada semua pengikut Yesus masa kini, apapun nama gerejanya,” katanya.
Sementara itu, Pendeta Kuntadi Sumadikarya dari Gereja Kristen Indonesia (GKI) Sinwil Jabar dan Oikotree Global Forum mengatakan keadilan adalah kebajikan yang mencakup semua kebajikan lain.
“Dengan kata lain, keadilan adalah kategori etis dan imperatif moral di jantung ekonomi keselamatan ilahi. Menurut Alkitab, keadilan berarti memperjuangkan hak mereka yang kurang beruntung dan masyarakat kelas bawah (the less privileged),” kata dia.
“Intinya semua manusia berhak menikmati hidup yang holistik,” katanya.
Selanjutnya Kuntadi mengatakan panggilan kaum beruntung bagi kaum buntung bagi terciptanya keadilan.
Menurut dia, kaum beruntung yang dimaksudkan adalah mereka yang hidup dalam kecukupan, kelebihan dan amat sangat berkelebihan, yang biasanya diuntungkan bahkan mendapatkan penghidupannya dari konstalasi dan eskalasi sistem ekonomi Empire.
“Kaum beruntung di sini kita kontraskan dengan kaum buntung, yakni mereka yang hidup dalam kekurangan dan penderitaan, selalu sengsara karena ketidakadilan dari sistem ekonomi yang sama,” kata dia.
Oleh karena itu, menurut Kuntadi, Kaum beruntung perlu membiarkan hati dan pikiran mendengarkan Suara Allah yang senantiasa membela kaum buntung di setiap zaman dari abad ke abad.
“Sekalipun lembaga agama dan para pemimpin agama mungkin membungkam suara itu,” katanya.
Hadir dalam panelis diskusi Theodorus Franciscus Toemion atau lebih populer dikenal sebagai Theo Toemion, mantan Kepala BPKM yang memaparkan Alternatif Ekonomi Global.
Selain diskusi yang diselenggarakan Pokja Oikotree Indonesia yang bekerja sama satuharapan.com dan PMK HKBP, dalam acara itu dilaksanakan juga peluncuran buku “Justice Not Greed” (Keadilan Bukan Ketamakan).
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...