Sajian Jajan Sarad dalam “I Wish to Have This Conversation with You”
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kalau diberi kesempatan dengan siapa kamu ingin ngobrol? Dan tentang apa? Sebuah kalimat pertanyaan sederhana tertulis di dinding Kedai Kebun Forum (KKF) dengan sajian sepiring jajan sarad dan dua buku catatan untuk digunakan pengunjung menuliskan sesuatu. Bisa jadi jawabannya merupakan sebuah harapan, candaan, atau mungkin reflektif atas ingatan-ingatan masa lalu untuk direkostruksikan pada hari ini.
Setelah menjalani 18 pameran bersama dalam mempresentasikan karyanya, seniman-perupa muda I Made Agus ‘Solar” Darmika menggelar pameran tunggalnya di Kedai Kebun Forum (KKF) Yogyakarta. Pameran bertajuk “I Wish to Have This Conversation with You” dibuka Jumat (31/5) malam.
Karya instalasi dengan objek berupa ratusan jajan sarad terbagi menjadi tiga karya didisplay menempel-melayang dinding dan menggantung atap KKF dalam filosofi penggunaan jajan sarad sebagai bagian ritual masyarakat Bali, yakni dunia atas, tengah, dan bawah.
“Ini menjadi eksperimen terhadap jajan sarad dengan tetap menempatkan filosofinya. Dunia atas ditempatkan dalam karya gunung, dunia tengah berupa daratan, serta bawah berupa lautan. Saya mencoba mengeksplorasi bentuk-bentuk baru dari jajan sarad yang berlainan dengan jajan sarad yang dikenal masyarakat Bali. Figur-karakter tersebut (rencananya) akan menjadi eksperimen-eksplorasi dalam proses berkarya saya berikutnya,” jelas I Made Agus ‘Solar” Darmika saat ditemui satuharapan.com pada pembukaan pameran.
Lebih lanjut Solar menjelaskan untuk ekeperimen tersebut telah menyiapkan sekitar 1.300-an jajan sarad yang dibuat di Bali empat bulanan yang lalu. Dengan figur-karakter yang saling berlainan secara visual dan berbeda dengan jajan sarad yang digunakan untuk persembahan/sesajian.
Menjadi menarik ketika Solar mendisplay karya jajan sarad dengan menggunakan senar nylon transparan. Ratusan jajan sarad dalam sorotan lampu tembak akan bergerak-berputar manakala ada tiupan angin, dan karakter-figur jajan sarad menjadi terlihat lebih hidup dan bisa membuka imajinasi pengunjung tentang dialog yang mungkin terjadi di antara karakter-figur tersebut. Penataan jajan sarad yang dilakukan Solar berbeda dengan penataan jajan sarad untuk sesajian yang ditempel pada selembar papan kayu yang sifatnya statis/tetap.
“Untuk keperluan presentasi karya, saya menambahkan pengawet pada karya jajan sarad tersebut. Beberapa ratus jajan sarad tidak dipakai dalam pameran karena rusak (patah, berjamur). Presentasi karya ini setelah didokumentasi akan menjadi bahan pembacaan pada proses berkarya saya. Rencananya menjadi medium (antara) untuk dialihmediakan dalam karya dua matra dan base karya lainnya,” imbuh Solar.
Dari aspek arti kata, sarad mengandung pengertian “sarat” (penuh). Sarad memberi gambaran tentang isi sepenuhnya dari arti dunia.
Jajan sarad merupakan salah satu sesaji pelengkap upacara bagi masyarakat Hindu-Bali. Bentuknya yang unik serta penggunaan warna yang mencolok kerap menarik perhatian orang. Jajan sarad sebagai penggambaran dunia beserta isi-isinya yang dipajangkan pada suatu tempat ibadah umat Hindu di Bali (pura) dalam upacara dewa yadnya (upacara yang dipersembahkan ke hadapan Tuhan Maha Esa) sebagai wujud terima kasih kepada Tuhan segala anugerah yang diberikan. Secara umum jajan sarad memiliki konstruksi visual yang telah mentradisi, disusun berundak-undak menyerupai bentuk kayon (gunung).
Jajan sarad ini terdiri atas berbagai macam bentuk jajan atau kue berupa ornamen. Biasanya berupa deformasi bentuk dari makhluk hidup maupun benda mati yang ada di dunia seperti bentuk manusia, binatang tumbuhan, benda sehari-hari dan benda yang lainnya. Jajan sarad dibuat dengan menggunakan tepung beras dan tepung ketan yang dicampur dengan santan dengan takaran tertentu. Setelah menjadi adonan diberikan pewarna makanan. Ukuran jajan sarad tidak lebih besar dari telapak tangan orang dewasa.
Dalam catatan pengantar pameran Solar mengatakan bahwa dirinya tidak tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan mendiang ibunya selain dengan membuat pelangkiran (tempat memuja yang biasanya ada di rumah atau kamar penganut Hindu Bali) dan berdoa.
Kehilangan orang terdekat yang dicintainya meninggalkan banyak catatan dan kenangan. Kesedihan, kerinduan, dan segala rasa yang mengendap dalam kepala hendak ditangkap Solar dalam pembacaan proses karya berikutnya.
Pameran “I Wish to Have This Conversation with You” di Kedai Kebun Forum Jalan Tirtodipuran No 3 Yogyakarta berlangsung hingga 20 Juni 2019.
Editor : Sotyati
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...