Sakapat Gelar Pameran "Menjemput Kebahagiaan"
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dengan mencoba menggali akar tradisi yang ada di sekitarnya, empat perupa muda asal Bali yang tergabung dalam kelompok Sakapat menggelar pameran seni bertajuk "Menjemput Kebahagiaan" di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY).
Keempat perupa tersebut adalah I Wayan Noviantara, I Putu Adi Suanjaya, I Wayan Sudarsana, I Wayan Bayu Mandira yang saat ini menetap di Yogyakarta sejak menjadi mahasiswa ISI Yogyakarta tahun 2012.
Pameran dibuka pada Selasa (20/2) malam di pelataran Bentara oleh perupa Nasirun menampilkan sembilan karya dua dimensi serta dua karya videografi.
"Orang yang pandai mensyukuri nikmat Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan YME adalah ciri orang yang bahagia. Diawali dengan jatuh cinta, senang, jangan mengejar ambisi popularitas dan sukses, tetapi senang dalam satu proses ke proses lainnya. Dengan proses itulah senisitivitas akan terasah dan mampu menjemput ide-ide dan menangkapnya (dalam karya). Local genius adalah mustika dalam bentuk tradisi dan kebudayaan yang sangat kaya (di bumi nusantara) adalah pengawal dimana tradisi adalah sebuah ruh bagi perjalanan kebudayaan bangsa. Mengadopsi sebuah pemikiran (modern-kontemporer) dengan meninggalkan local genius akan menjadi awal bagi matinya sebuah tradisi," jelas Nasirun saat memberikan sambutan pembukaan.
Senada dengan Nasirun, penulis pameran I Gede Arya Sucitra yang juga dosen Seni Rupa ISI Yogyakarta menjelaskan bahwa lokalitas menjadi salah satu kekuatan kebudayaan bangsa Indonesia.
"Kita sangat kaya dengan nilai lokalitas. Secara sadar ataupun tidak, konsepsi (lokalitas) dilakukan oleh perupa Bali (dan juga Indonesia) sebagai upaya menciptakan ruang kebudayaan," jelas Arya Sucitra.
Dalam konteks menjemput kebahagiaan, Arya Sucitra memberikan gambaran bagaimana kebahagiaan sebagai harmoni diri dapat dicapai dengan mengatur semua hasrat dan keinginan di dalam diri, kontemplasi terhadap alam semesta, serta memperbanyak situasi kenikmatan kecil di dalam aktivitas sehar-hari. Artinya ada keselarasan-harmoni hubungan antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama manusia, maupun dengan alam sekitarnya.
Eksplorasi tradisi dipresentasikan perupa muda Sakapat dengan karya-karyanya. I Wayan Bayu Mandira dengan karya berjudul "Tabuh-Rah#1-2". Bagi masyarakat Bali, Tabuh Rah adalah sebuah Yadnya yang penting di mana terkandung makna tentang etika upacara demi menjaga kesunyian Yadnya.
Sementara I Wayan Noviantara dengan karya berjudul "Keluarga Cili" untuk menggambarkan figur perempuan dengan ciri khas berbentuk segitiga yang digunakan sebagai sarana pemujaan kepada Dewi Sri (kesuburan).
Pameran "Menjemput Kebahagiaan-Mendak Bagia " akan berlangsung hingga 28 Februari 2018 di Bentara Budaya Yogyakarta, Jalan Suroto No. 2 Yogyakarta.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...