Salam Pramuka
SATUHARAPAN.COM – Pramuka adalah singkatan dari Praja Muda Karana, gerakan kepanduan yang sudah lama ada di Indonesia. Dalam gerakan Pramuka, anak-anak hingga orang muda diajarkan tentang kedisiplinan dan kemandirian, hidup berdampingan dengan alam, dan memiliki keterampilan untuk bertahan hidup. Siapa saja yang pernah aktif dalam gerakan Pramuka, pasti ingat pelajaran baris-berbaris, tali-temali, membuat tandu, P3K, memecahkan sandi, mencari jejak, mendirikan tenda, berkemah, dan berbagai aktivitas lainnya yang menyenangkan. Tak lupa menghapal dan mengamalkan Trisatya dan Dasadharma. Semuanya melekat dalam diri seorang Pramuka. Tetapi, mungkin tidak semuanya. Mengapa?
Dahulu Pramuka adalah kegiatan ekstrakurikuler pilihan. Siapa yang berminat atau merasa terpanggil, boleh ikut. Sekarang, Pramuka menjadi kegiatan ekstrakurikuler wajib, semua pelajar di pendidikan dasar wajib menjadi anggota Pramuka atau lebih tepatnya wajib menggunakan seragam Pramuka pada hari tertentu tanpa benar-benar memahami dan terlibat aktif dalam kegiatan kepramukaan. Pramuka hanya seragamnya saja. Padahal, seragam Pramuka di Indonesia itu bukan seragam biasa lho. Seragam Pramuka Indonesia, adalah seragam yang punya cerita.
Gradasi warna coklat muda dan coklat tua pada seragam Pramuka mewakili warna tanah dan menjadi perlambang tanah air kita. Pita atau segitiga merah putih yang melilit di leher adalah perlambang bendera merah putih. Pramuka adalah pandu ibu pertiwi, dalam diri setiap Pramuka, ada kecintaan yang dalam pada tanah air Indonesia. Ia diibaratkan sebagai cikal yang kelak tumbuh besar menjadi pohon kelapa yang semua bagiannya berguna dan bisa survive dimana saja di tanah air Indonesia. Masihkah demikiankah Pramuka yang kita kenal sekarang di sekolah-sekolah yang merupakan gugus terdepan gerakan Pramuka Indonesia?
Sesungguhnya bukan hanya Pramuka. Banyak sekali hal-hal yang kita sematkan pada diri kita hanya karena kebanyakan orang melakukan hal yang sama, bukan karena panggilan hati. Hal-hal yang berharga menjadi kehilangan maknanya. Ketika di Kartu Tanda Penduduk kita tertera kewarganegaraan Indonesia misalnya, pernahkah kita berpikir apakah artinya menjadi Warga Negara Indonesia? Apakah panggilan yang Tuhan tetapkan di dalam diri saya ketika Ia menjadikan saya orang Indonesia? Begitu pula ketika kita menyebut diri kita sebagai manusia yang dicipta serupa dan segambar dengan Sang Khalik, masihkah citra-Nya terpancar dari diri kita, ataukah sudah tak dapat dikenali lagi?
Identitas-identitas yang kita miliki itu seperti seragam yang kita kenakan. Setiap seragam punya cerita, tetapi yang menunjukkan kualitas pengguna seragam adalah keberterimaan setiap cerita dengan kesesuaian rasa, pikir, tutur dan tindak. Semua orang bisa menggunakan seragam apa saja sesuka hatinya, tetapi yang berkualitas atau yang hanya abal-abal pasti terlihat dari buah yang kelak dihasilkannya.
Salam Pramuka! Semoga Ibu Pertiwi kembali mendapatkan para pandu terbaiknya.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...