Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 01:00 WIB | Sabtu, 19 Desember 2015

Saling Menghibur

Kalau berbagi kita menerima.
Maria dan Elisabet (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – 150 km. Itu sama seperti jarak Jakarta—Bandung. Jika lewat tol Cipularang, dan tak ada hambatan lalu lintas, maka jarak sejauh itu bisa ditempuh hanya dalam waktu 2 jam. Tetapi, bagaimana jika ditempuh jalan kaki, tidak lewat tol Cipularang, tetapi lewat puncak, bukan pada masa sekarang, tetapi pada masa Kerajaan Pajajaran?

Tentu kita tak perlu mendramatisasi, tetapi perjalanan Maria dari Nazaret ke pegunungan Yehuda, sekitar 150 km juga, untuk mengunjungi sanaknya Elisabet merupakan sebuah drama, yang dengan sengaja ditulis oleh Lukas. Di mata Lukas, Maria merupakan figur sentral. Dalam pandangannya, apa pun yang dilakukan Maria pasti penting. Itulah sebabnya Lukas mencatat kunjungan Maria ke rumah Elisabet di pegunungan Yehuda.

Kita tak pernah tahu persis motif di balik kunjungan itu. Kita hanya bisa menduga-duga. Maria agaknya ingin memastikan perkataan Gabriel tentang sanaknya Elisabet yang tengah mengandung di usia lanjut.

Meski demikian, kita bisa menduga, dan tak terlalu meleset kiranya, bahwa kehadiran Maria membawa penghiburan tersendiri bagi Elisabet. Tindakan Maria kelihatannya memberikan rasa damai dalam diri Elisabet.

Namun demikian, Maria pun agaknya turut terhibur. Dia sepertinya juga gembira mendengar bagaimana Elisabet berkata, ”Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” (Luk. 1:43).

Perkataan itu kemungkinan besar menguatkan Maria. Bukankah mereka tak pernah kontak sebelumnya? Maria, sebagaimana perangainya yang suka menyimpan perkara dalam hati, tidak pernah gembar-gembor perihal kedatangan Gabriel. Tetapi, Elisabet dengan jelas mengatakan bahwa Maria adalah Bunda Tuhan.

Jelaslah, kedua perempuan itu saling menghibur. Seandainya tidak berkunjung ke rumah Elisabet, Maria pun tidak akan pernah mendapatkan penghiburan semacam itu. Tampaknya, Maria pulang ke Nazaret sebagai orang yang telah dikuatkan.

Bisa jadi, perkataan Elisabet menjadi modal berharga bagi Maria dalam menghadapi desas-desus berkenaan dengan bayi yang dikandungnya. Juga dalam menghadapi Yusuf, tunangannya. Sekali lagi, semua itu terjadi saat Maria mengunjungi Elisabet.

Dalam kisah kunjungan Maria nyatalah: kala berbagi kita menerima. Seseorang mungkin kehilangan sesuatu saat berbagi, tetapi bisa jadi dia akan menerima lebih dari yang dibayangkan.

Itu jugalah Natal—kisah Allah yang mengunjungi manusia. Allah mengunjungi manusia agar mereka mendapatkan kembali persekutuan dengan-Nya. Allah ingin bersekutu dengan manusia. Allah ingin berbagi Diri.

Jika Allah saja mau berbagi Diri, mengapa kita tidak?

 

Email : inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home