Sampah Jakarta: Tiga Kekurangan Alamiah Manusia dan Pembentukan Habitus
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Koordinator Gerakan Hidup Bersih dan Sehat Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), Al. Andang L. Binawan mengatakan, sehubungan masalah sampah, secara khusus di Jakarta, disebabkan oleh perilaku masyarakat yang belum mencerminkan kepedulian terhadap lingkungan hidup.
”Setiap manusia mempunyai tiga kekurangan alamiah, yaitu satu, daya ingat terbatas yang menjadikannya pelupa, dua, tidak mau repot yang bisa menjadikannya pemalas, dan tiga, mementingkan diri yang bisa membawa ke sikap egois,” kata Andang Binawan yang dihimpun satuharapan.com, pada Kamis (9/1) siang di Jakarta.
Menurut dia, terkait dengan masalah lingkungan hidup di Jakarta ada tiga masalah lingkungan hidup yang besar, yaitu: polusi air, polusi udara, dan polusi tanah. Dalam hal ini, sampah yang belum dikelola dengan baik menjadi salah satu sebab penting dari ketiga masalah polusi itu.
Pembentukan Habitus
Melihat konteks permasalah lingkungan hidup di Jakarta dengan segala kompleksitasnya, pria lulusan Doktor Filsafat dari Seminari Tinggi di Belgia ini menfokuskan kepedulian pada sampah sebagai langkah awalnya (entry point). ”Kepedulian itu diwujudkan dengan upaya membentuk habitus atau perilaku sosial ’menaruh dan memilah sampah’,” kata Andang Binawan.
Dia menerangkan, yang dimaksud dengan habitus adalah kebiasaan sosial yang dilakukan orang dengan spontan, tanpa paksaan, demi kepentingan bersama, sehingga kalau tidak melakukannya orang itu akan malu. ”Mengingat bahwa pembentukan habitus bukan perilaku yang instinktual, melainkan memerlukan ’rekaya sosial’ yang panjang berkesinambungan, dan berpijak dari pengandaian kelemahan manusia,” ungkap Andang Binawan.
Program sebagai Gerakan
Berpijak dari pengandaian kelemahan manusia, Andang Binawan mengusulkan sejumlah program yang dapat dimodifikasi sesuai konteks lingkungan masyarkat. Menurut dia, terhadap manusia yang mempunyai memori terbatas, maka perlu diingatkan terus-menerus tentang makin hancurnya lingkungan hidup di dunia.
”Baik dalam skala global, pemanasan global dan perubahan iklim, skala nasional maupun skala lokal, terutama sehubungan dengan sampah menjadi masalah jika tidak ada yang peduli,” kata Koordinator Gerakan Hidup Bersih dan Sehat KAJ itu.
Penyadaran dan kampanyenya, menurut Andang Binawan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, membuat gerakan Pantikfoam (Pantang Plastik dan Styrofoam) yang berkesinambungan. Selain itu dapat menciptakan motto atau slogan yang gampang diingat, menginspirasikan, dan menggerakkan. ”Taruh sampah, Jadikan berkah!” contohnya.
Sementara itu, terhadap manusia yang pada dasarnya tidak mau repot, maka perlu bantuan untuk mengurangi kerepotannya dengan menyediakan tempat sampah terpilah yang lebih banyak dalam kompleks gereja, misalnya.
”Menyediakan bor biopori dan penjelasannya. Menyediakan tas belanja Pantikfoam yang bisa dipakai lagi untuk mengurangi plastik,” kata Andang Binawan menambahkan.
Kemudian, terhadap manusia yang kurang peduli atau egosentris, maka manusia dapat dibantu dengan ’pemaksaan’ dengan aturan atau hukum dan juga ’ditarik’ dengan reward atau pahala. Misalnya, kata dia, melarang pemakaian kemasan styrofoam untuk makanan dalam acara atau pesta.
”Menganjurkan orang membawa thumbler atau botol minuman sendiri. Membuat larangan penjualan minuman kemasan plastik di kompleks sekolah, atau di gereja misalnya,” kata Koordinator Gerakan Hidup Bersih dan Sehat KAJ itu.
Seperti disampaikan dalam Arah Kepedulian Lingkungan Hidup KAJ, dia sangat berharap, program yang dibuat agar menjadi gerakan bersama supaya lebih terasa. "Fokus tetap pada kepedulian pada sampah, dengan arah membentuk habitus menaruh dan memilah sampah," kata Andang Binawan.
Editor : Bayu Probo
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...