Sanggar Putih Melati Ajak Lihat Lebih Dekat Budaya Melayu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Bertempat di Galeri Indonesia Kaya Jakarta, Sanggar Putih Melati akan mengajak masyarakat penikmat seni melihat secara lebih dekat kebudayaan Melayu berupa lagu, tarian, pantun, dan dendang melalui pagelaran seni bertajuk “Marwah Bumi Melayu”.
Pagelaran yang menggabungkan unsur musik dan tari ini melibatkan banyak seniman panggung, seperti Tom Ibnur, Bang Ucuy, Herman, dan Butong.
Dengan adanya pagelaran ini, masyarakat akan dikenalkan kembali dengan budaya Melayu yang harus dilestarikan dan dikembangkan.
“Marwah Bumi Melayu” oleh Sanggar Putih Melati dapat disaksikan di Galeri Indonesia Kaya pada tanggal 15 Mei 2016 pukul 15.00 WIB.
Empat Episode “Marwah Bumi Melayu”
Episode pertama akan dipenuhi dengan dentang rebana atau kompang yang menggetarkan hati dan jiwa, serta alunan jalinan kata-kata yang penuh makna. Marwah menyelimuti diri menyampaikan arti bagi kehidupan. Takkan ada kata menyerah untuk yang hakiki dan penuh arti. Takkan ada putus asa bila doa mengiringi langkah dan usaha dengan pasti.
Episode kedua menjabarkan bagaimana menari bukan hanya sekedar menggerakkan tubuh. Dia lahir karena alam lingkungan dan marwah diri, seperti ombak bergulung, mendayung perahu meniti gelombang, memukat menjaring ikan, berenang mengikuti arus, yang kesemuanya tak lain adalah usaha dalam kehidupan. Semua memberi cerminan akan ketidakmalasan. Hidup bersama saling bekerjasama, bergotong royong dengan ramah, gembira, saling menjaga, serta menghargai sesama.
Episode Ketiga menceritakan kehidupan remaja penuh riang ria. Dalam saling pandang tumbulah rasa cinta. Anak lelaki datang menggoda anak perempuan yang malu tersipu-sipu. Saling bertatap mata, tersenyum manja bagai saling mencuri hati. Bercanda bagai ingin menyapa si jantung hati. Pantun anak muda pun terucap balas membalas sampai bertemu pasangan yang disuka. Namun, dalam bersenda gurau dan memadu kasih, tak lupa pada diri. Marwah Melayu tetap terjaga, setitikpun takkan teringkari.
Episode terakhir adalah sebuah kesimpulan, takkan rezeki tak dapat diraih, jodoh tak dapat ditolak. Kalau hati sudah menyatu, takkan dapat dipisah lagi. Ayah dan Ibupun telah setuju, pelaminan pun terbentang, kompang pun dipalu. Segala adat dipenuhi, aturan agama pun dipatuhi, duduk berdamping di kanan kiri, semua sanak saudara kerabat dan handai tolan pun bersenang hati. Perkawinan adalah muara cinta yang harus dipelihara. Marwah diripun harus dipatri dengan suci. Menggapai kehidupan bahagia dan dunia akhiratkan abadi.
Empat episode dalam pagelaran “Marwah Bumi Melayu” ini ingin menyampaikan kisah yang bertolak dari kehidupan dalam rekatan budaya Melayu. Rasa suka dan duka, riang dan sendu, bahagia dan haru, bagai bergelut dengan waktu yang panjang. (indonesiakaya.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...