Sanksi Cabang Atletik bagi Rusia Bernuansa Politis
WIMBLEDON, SATUHARAPAN.COM – Petenis tunggal putri Rusia, Svetlana Kuznetsova mengatakan larangan berlomba kepada cabang olahraga atletik di Olimpiade Rio De Janeiro yang diterima Rusia bernuansa politis.
Seperti diberitakan New York Daily News, hari Minggu (3/7), berbicara dalam konferensi pers setelah berlaga di babak 32 besar turnamen tenis Grand Slam, Wimbledon, Kuznetsova menyebut ada fenomena aneh karena menjelang Olimpiade 2016 seluruh dunia mendadak membenci Rusia.
Petenis berusia 31 tahun ini mengemukakan seluruh negara peserta Olimpiade mengklaim sebagai negara yang paling bersih dari doping dan langsung menyalahkan Rusia sebagai negara yang patut dicurigai melakukan praktik doping. “Bagi saya ini adalah politik,” kata Kuznetsova.
Petenis putri kelahiran Saint Peterseburg, Rusia ini adalah salah satu dari empat petenis yang membela Rusia di Olimpiade Rio.
Kuznetsova berharap Komite Olimpiade Rusia (ROC) dapat mengatasi masalah tersebut. “Saya berharap atlet yang ‘bersih’ (bebas doping, red) layak masuk ke Olimpiade, jangan dipukul rata,” kata Kuznetsova.
Beberapa waktu lalu, seperti diberitakan Straits Times, Deputi Perdana Menteri Rusia, Arkady Dvorkovich melontarkan komentar serupa namun khusus dan spesifik kepada petenis putri, Maria Sharapova yang dinyatakan Badan Anti Doping Dunia (WADA) positif doping jenis obat meldonium.
Dvorkovich mempertanyakan seharusnya WADA melakukan pengujian ilmiah terhadap obat-obatan yang sejak lama dikonsumsi Sharapova tersebut.
Dia mengatakan setiap hasil penyelidikan yang ilmiah akan menentukan apakah seorang atlet Rusia benar-benar terindikasi doping, atau WADA mendapat provokasi dari pihak-pihak tertentu yang ingin menyudutkan posisi Rusia dalam olahraga.
Federasi Atletik Internasional (IAAF) bulan lalu menegaskan larangan doping bagi atletik Rusia ke Olimpiade belum akan dicabut, sejak kali pertama diberlakukan pada bulan November 2015, menyusul temuan WADA terhadap beberapa atlet Rusia yang berlaga di sejumlah ajang dan dinyatakan positif doping.
Juru bicara Komite Olimpiade Rusia Konstantin Vybornov mengatakan beberapa waktu lalu pihaknya mengajukan banding kepada Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) terhadap larangan bertanding cabang olahraga atletik dari Olimpiade, dia mengatakan kemungkinan CAS akan mengumumkan hasil banding pada 19 Juli.
Dia mengemukakan pengajuan banding tersebut dengan tujuan agar Komite Olimpiade Internasional, IAAF, dan WADA jangan menghukum atlet yang tidak melakukan “kesalahan” (positif doping).
Biro Hukum dari Komite Olimpiade Rusia, Alexandra Briliantova mengatakan jika Rusia menang dalam proses banding, maka Rusia akan melakukan seleksi lagi antara atlet yang positif dan yang tidak doping.
Brilliantova mengatakan dari 80 atlet cabang atletik yang saat ini dimiliki Rusia, kemungkinan besar hanya dua yang dapat lolos ke Olimpiade – dengan catatan Rusia memenangi banding di CAS – yakni pada sosok atlet loncat bak pasir putri, Darya Klishina (tinggal di Amerika Serikat) dan atlet lompat galah putri, Alyona Lutkovskaya (tinggal di Italia).
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Risiko 4F dan Gejala Batu Kantung Empedu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter spesialis bedah subspesialis bedah digestif konsultan RSCM dr. Arn...