Sansevieria Naik Kelas berkat Penelitian NASA
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM Sansevieria, nama dagangnya. Di belahan dunia Barat, tanaman ini disebut the snake plant, dari motif atau corak daunnya yang bagai sisik ular dari kejauhan.
Di Indonesia, terutama di Jawa, sebagian orang menyebutnya pedang-pedangan karena daunnya yang pipih dan panjang acap dipakai anak-anak main pedang-pedangan. Sebagian lagi menyebutnya lidah mertua, mengacu pada bentuknya yang pipih dan berujung tajam. Karena bentuknya pula, di Malaysia tanaman ini dikenal dengan nama pokok lidah jin.
Dulu, orang hanya mengenal sansevieria sebagai tanaman hias kelas dua. Umumnya ditanam sebagai tanaman pagar, tanpa perawatan.
Namun, pamornya langsung meningkat pesat setelah Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mempublikasikan hasil penelitian tentang manfaatnya pada 1999. Sansevieria disebutkan efektif menyerap polutan ruangan seperti formaldehid, benzena, dan trikhloroetana, sehingga sangat cocok dimanfaatkan sebagai penghias ruangan.
Pada kenyataannya, seperti bisa dibaca di Sansevieria Production Guide yang dikeluarkan University of Florida, sansevieria sudah dikembangkan besar-besaran di Florida, Amerika Serikat, sejak 1920-an. Pada 1930, Florida bahkan sudah mengapalkan tanaman itu untuk memenuhi pasar Eropa.
Penelitian NASA mendongkrak permintaan pasarnya meningkat pesat. Sansevieria dikembangkan besar-besaran di Kepulauan Karibia dan Amerika Tengah, untuk memenuhi permintaan pasar tanaman hias Eropa. Pada 2008 2009, kabar menggembirakan dari NASA itu juga mendongkrak permintaan lidah mertua dari Jepang dan Korea Selatan ke Indonesia.
Sansevieria naik pangkat, menyejajarkan diri dengan tanaman hias populer. Sansevieria mulai menghiasi gerai-gerai pameran tanaman hias. Berbagai kultivar mulai diperkenalkan. Kolektor mulai memburunya.
Nilai Jual
Marga (genus) sansevieria adalah tumbuhan asli Afrika, daratan Arab, hingga India. Beberapa jenis sansevieria dikenal berkhasiat obat.
Masyarakat tradisional di wilayah tertentu di Asia, memanfaatkan daun Sansevieria ehrenbergii, sebagai pembalut luka, karena mengandung antiseptik. Di beberapa daerah di Afrika, sansevieria dimanfaatkan penduduk lokal sebagai penghalau racun akibat gigitan ular dan serangga. Jenis Sansevieria trifasciata lorentii bahkan disebutkan bisa dimanfaatkan sebagai obat alternatif bagi penderita diabetes dan penderita wasir.
Melihat habitat aslinya pula sansevieria memiliki keistimewaan mampu bertahan hidup pada rentang suhu dan cahaya sangat luas. Jenis ini sangat toleran terhadap kekeringan. Selain resisten terhadap gas udara berbahaya, sansevieria juga mampu menyerap polutan di daerah padat lalu lintas dan ruangan penuh asap rokok.
International Sansevieria Society yang didirikan pada tahun 2000, menyebutkan terdapat 130 140 jenis dan kultivar sansevieria, berbatang panjang ataupun pendek. Jenis Sansevieria trifasciata sendiri memiliki 60 kultivar. Kultivar-kultivar trifasciata menjadi incaran kolektor mengingat bentuk fisiknya yang unik.
Walaupun bukan tanaman asli Indonesia, pada saat ini sekitar 100 spesies dan ratusan kultivar sansevieria dapat ditemui di Indonesia.
Selain daya adaptasi yang tinggi, sebagai ornamen lansekap sansevieria tidak menghasilkan sampah daun. Perawatannya mudah. Penyiraman cukup dilakukan tiga hari hingga seminggu sekali.
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...