Sapa Aruh Sri Sultan HB X menyikapi Merebaknya Pandemi COVID-19
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Merebaknya virus corona di lebih dari 100 negara, menyebabkan Badan Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) menetapkan corona virus disease (COVID-19) atau penyakit yang disebabkan karena virus corona sebagai pandemi global. Pemerintah Indonesia menetapkan pandemi virus corona COVID-19 sebagai bencana nasional. Status tersebut diumumkan pada Sabtu (14/3) oleh Presiden Republik Indonesia melalui Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo di Gedung BNPB.
Menyikapi hal tersebut Gubernur Pemda DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwana X pada Jumat (20/3) mengeluarkan Keputusan Gubernur Nomor 65/Kep/2020 tentang "Penetapan Status Tanggap Darurat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di DIY". Dengan keputusan tersebut Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dinyatakan dalam status tanggap darurat bencana wabah virus corona atau COVID-19 terhitung sejak dikeluarkan surat keputusan tersebut hingga 29 Mei 2020.
Keputusan tersebut diikuti dengan penyampaian pendapat Sri Sultan HB X baik sebagai Gubernur Pemda DIY maupun sebagai raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan menggelar Sapa Aruh Sri Sultan Hamengku Buwana X dalam tema "Cobaning Gusti Allah awujud Virus Corona", di Bangsal Kepatihan Yogyakarta, Senin (23/3) siang.
“Teman-teman semua, sebetulnya saya akan menyampaikan statement saya kepada masyarakat Jogja di Kraton. Tapi karena saya (harus) bekerja di sini (Kompleks Kepatihan) mengontrol dari sini untuk masalah Tanggap Darurat, saya mohon maaf saya lakukan (Sapa Aruh) di tempat ini.” papar Sri Sultan, sebelum membacakan pesan-pesan yang dibuat dalam dua bahasa Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.
Dalam Sapa Aruh yang disampaikan Sri Sultan HB berpesan untuk menghadapinya dengan sikap sabar-tawakal, tulus-ikhlas, pasrah lahir-batin, disertai ikhtiar yang berkelanjutan. Dalam kesempatan tersebut Sri Sultan HB X juga menyampaikan kebijakan strategi mitigasi bencana nonalam tersebut Daerah Istimewa Yogyakarta belum menerapkan lockdown melainkan calmdown.
Berikut pidato lengkap Sri Sultan HB X pada Sapa Aruh dalam Bahasa Indonesia
Assalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokaatuh,
Semoga kedamaian, keberkahan, dan Rahmat Tuhan YME senantiasa menyertai kita semua. Para warga Yogyakarta juga anak-anakku yang sedang belajar di rumah, saudara-saudaraku semua.
Saya Hamengku Buwana pada hari ini yang sarat akan ketidakpastian yang digambarkan oleh pujangga Ronggo Warsito dalam Serat Kalatidha, suasana tidha-tidha yang sulit diramal penuh rasa was-was, Saya mohon para warga agar bersama-sama memanjatkan doa ke hadirat Allah SWT, Tuhan YME, agar diberi petunjuk di jalan lurus-Nya. Kembali kepada ketentraman lahir dan batin.
Di masa Tanggap Darurat Bencana Virus Corona ini kita harus menghadapinya dengan sikap sabar-tawakal, tulus-ikhlas, pasrah lahir-batin disertai ikhtiar yang berkelanjutan.
Sama seperti juga bagi Saya yang berkewajiban menjadi pamong praja beserta pamomong rakyat Yogyakarta harus berpegang teguh pada ajaran Jawa: Wong Sabar Rejekine Jembar. Ngalah Urip Luwih Berkah. Suasana dualistis ini ibarat mata uang logam, di balik bahaya ada peluang. Bagaikan pedang bermata dua bisa untuk membunuh musibah atau bertahan hidup.
Islam mengajarkan di balik cobaan hari ini selalu ada berkah yang datang kemudian. Kemudahan memang tampak enak dan bisa membuat orang terlena. Dimana seorang pengemudi sopir mengantuk, bukan di jalan sulit dan sempit tetapi di jalan raya yang mulus. Pepatah Jawa mengatakan "Kesandung ing rata kabentus ing Tawang".
Saudara-saudaraku warga Yogyakarta yang saya cintai,
Berbeda dengan bencana Gempa tahun 2006 yang kasat mata, sekarang ini virus corona itu jika memasuki badan tidak bisa kita rasakan. Dan menyerangnya pun tak terduga-duga. Menghadapi hal itu, kita selayaknya bisa menjaga kesehatan. Laku prihatin dan juga wajib menjalankan aturan baku dari sumber resmi yang terpercaya. Saya yakin karena rakyat Yogyakarta memiliki kadar literasi yang tinggi tentu bisa membedakan mana yang berita hoaks serta berita mana yang benar-benar nalar. Pepatah Jawa kembali mengatakan "Gusti paring dalan kanggo uwong sing gelem ndalani".
Karena itu strategi mitigasi bencana nonalam ini Daerah Istimewa Yogyakarta belum menerapkan lockdown melainkan calmdown, untuk menenangkan batin dan menguatkan kepercayaan agar eling lan waspada. Eling atas sang Maha Pencipta dengan laku spiritual lampah ratri, zikir malam, mohon pengampunan dan pengayoman-Nya.
Waspada melalui kebijakan slowdown sedapat mungkin memperlambat merebaknya pandemi penyakit korona dengan cara reresik diri dan lingkungannya sendiri-sendiri. Kalau merasa tidak sehat harus memiliki kesadaran dan menerima kalau wajib mengisolasi diri pribadi selama 14 hari sama dengan masa inkubasi penyakitnya.
Jaga diri, jaga keluarga, jaga persaudaraan, jaga masyarakat, dengan memberi jarak aman dan sedapat mungkin menghindari keramaian jika memang tidak mendesak betul. Bisa jadi kita merasa sehat tapi sesungguhnya tidak ada seorang pun yang bisa memastikan bahwa kita benar-benar sehat. Malah bisa jadi kita yang membawa bibit penyakit. Karena itu saya mengingatkan pada pepatah Jawa lagi "Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan".
Pesan saya singkat: Waspadalah dan berhati-hatilah. Saudara-saudaraku, Doaku buat seluruh warga : sehat, sehat, sehat. Semoga Gusti Allah berkenan meridhoinya. Amin.
Terima kasih.
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Karaton Ngayoyakarta Hadiningrat,
Senin Pon, 23 Maret 2020, 28 Rejeb taun Wawu 1953
HAMENGKU BUWONO X
Editor : Sotyati
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...