Sapardi Djoko Damono Gelar "Puisi Dalam Nada"
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sapardi Djoko Damono kembali hadir di Galeri Indonesia Kaya, dalam acara “Puisi Dalam Nada” pada tanggal 6 Februari 2016 pukul 15:00. Sapardi akan hadir bersama Tatyana, Michael, dan Dymussaga Myraviory.
Beberapa sajak Sapardi Djoko Damono akan ditampilkan dalam bentuk musikalisasi oleh penyanyi Tatyana dan gitaris Michael. Tatyana juga bercerita tentang pengalamannya membuat beberapa CD musikalisai puisi Sapardi Djoko Damono yang sudah dikerjakan bersama musisi dan penyanyi sejak tahun 1990-an.Tak hanya itu, terbuka juga kesempatan bagi penikmat seni untuk berdialog dan berdiskusi.
Dalam acara itu Sapardi Djoko Damono berbicara tentang karya-karyanya dan bersama Dymussaga Myraviory akan membaca beberapa sajak, cerita pendek, dan kutipan dari novel. Dalam kegiatan itu terbuka kemungkinan untuk mengadakan dialog dengan penonton tentang apa yang ditampilkan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan menulis.
Meraih Berbagai Penghargaan
Sapardi Djoko Damono dilahirkan di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 20 Maret 1940. Ia menulis puisi, dan kemudian esai dan kritik sastra, sejak masih menjadi murid SMA.
Sapardi, seperti dikutip dari indonesiakaya.com, telah menerbitkan sekitar 40 judul buku asli dan terjemahan antara lain 10 buku puisi, lima novel, dua kumpulan cerpen, dan belasan buku esai, baik asli ataupun terjemahan. Sajak-sajaknya telah diterjemahkan ke dalam belasan bahasa, lebih dari 50 di antaranya telah digubah menjadi nyanyian.
Buku-bukunya yang mutakhir antara lain Tirani Demokrasi (esai, 2014), Trilogi Soekram (novel, 2015), Suti (novel, 2015), Hujan Bulan Juni (novel, 2015), dan Pembunuhan di Katedral (2015, terjemahan drama-puisi TS Eliot yang berjudul Murder in the Cathedral).
Kegiatan di bidang sastra itu mengantarnya menerima berbagai penghargaan, antara lain Anugerah Puisi Putra dari Malaysia (1984), SEA-Write Award dari Thailand (1986), Hadiah Seni dari Pemerintah Indonesia (1990), dan Kalyana Kretya dari Menristek (1995). Ia adalah sastrawan pertama yang menerima life-time achievement award dari Indonesia Institute pada tahun 2003 dan Akademi Jakarta pada tahun 2012.
Sapardi pernah mengajar di beberapa perguruan tinggi di Jawa Tengah dan Jawa Timur sebelum akhirnya pindah ke Universitas Indonesia pada tahun 1974. Ia pernah menjadi redaksi Majalah Basis, Horison, dan Kalam. Ia pernah menjadi country editor jurnal Tenggara (Malaysia) dan koresponden jurnal Indonesia Circle (SOAS, University of London) dan sampai sekarang menjadi mitra bestari dari beberapa jurnal ilmiah di berbagai perguruan tinggi Indonesia.
Selain pernah menjadi anggota Konsorsium Sastra dan Filsafat. Sapardi pernah juga menjabat sebagai ketua komisi bidang Humaniora, Majlis Penelitian Pendidikan Tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud.
Sapardi mendapatkan ijazah sarjana sastra Inggris dari Universitas Gadjah Mada (1964) dan ijazah doktor sastra dari Universitas Indonesia (1989). Ia mengajar di UI sampai pensiun pada tahun 2005, dan sekarang masih aktif mengajar dan membimbing di program Pascasarjana UI, UGM, dan Undip.
Ia pernah menjabat sebagai Pembantu Dekan III, Pembantu Dekan I, dan Dekan Fakultas Sastra UI di samping Ketua Departeman Kesusastraan Program Pascasarjana FSUI. Setelah pensiun, Sapardi membantu sebagai tenaga tetap di Program Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta.
Editor : Sotyati
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...